Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden
Amerika Serikat,
Donald Trump, dan Direktur Eksekutif Facebook,
Mark Zuckerberg, berbicara melalui sambungan telepon pada Jumat (29/5) lalu, terkait unggahan bernada kekerasan terkait aksi demonstrasi dan kerusuhan atas kematian warga kulit hitam,
George Floyd, akibat kekerasan anggota polisi di Minneapolis.
Sumber
CNN yang mengetahui percakapan tersebut menyampaikan informasi itu secara eksklusif pada Minggu (31/5) kemarin.
Percakapan keduanya melalui telepon pertama kali dilaporkan oleh media massa
Axios. Dalam laporan itu, Axios menyatakan Trump menelepon Zuckerberg. Dalam panggilan itu, Zuckerberg menyatakan keprihatinan tentang retorika.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, Facebook mendapat sorotan lantaran terkesan melakukan pembiaran terhadap unggahan bernada ancaman dan kekerasan oleh Trump. Unggahan Trump pada Jumat (29/5) waktu setempat itu merupakan buntut dari insiden unjuk rasa yang terjadi di Minneapolis untuk menuntut keadilan atas kematian George Floyd.
Trump mengancam akan mengerahkan militer untuk mengendalikan situasi. Menanggapi hal tersebut, Zuckerberg menyampaikan alasannya tidak menghapus unggahan Trump tersebut.
"Kami melihat sangat dekat pada unggahan yang membahas protes di Minnesota untuk mengevaluasi apakah itu melanggar kebijakan kami. Kami memutuskan untuk meninggalkannya (unggahan Trump) karena referensi 'garda nasional' berarti kita membacanya sebagai peringatan tentang tindakan negara. Dan kami pikir orang perlu tahu apakah pemerintah berencana untuk mengerahkan kekuatan," kata Zuckerberg dalam postingan Facebooknya dikutip dari
CNN.
Pernyataan itu berbanding terbalik dengan tanggapan Zuckerberg bahwa Facebook tidak akan mentolerir siapa pun yang menuliskan unggahan berbau kekerasan. Pernyataan Zuckerberg sebelumnya menjawab pertanyaan dari anggota Dewan Perwakilan fraksi Partai Demokrat, Alexandria Ocasio-Cortez, dalam sebuah sidang.
"Jika ada orang, termasuk seorang politisi, mengatakan hal-hal yang dapat menyebabkan, menyerukan kekerasan atau dapat mengambil risiko bahaya fisik yang akan segera terjadi. Kami akan menurunkan konten itu," kata Zuckerberg.
Zuckerberg malah mengkritik Twitter karena mengambil tindakan yakni menyembunyikan cuitan Trump. Melansir CNBC, kicauan Trump disembunyikan di balik pemberitahuan Twitter lantaran dinilai mendukung tindakan kekerasan.
Kicauan Trump masih dapat dilihat dan dicuitkan ulang dengan komentar, tetapi pengguna tidak bisa menyukai atau berkomentar atas kicauan tersebut.
 Ilustrasi logo Facebook. (AP Photo/Richard Drew) |
"Tidak seperti Twitter, kami tidak memiliki kebijakan menempatkan peringatan di depan posting yang dapat memicu kekerasan karena kami percaya bahwa jika sebuah posting menghasut kekerasan, itu harus dihapus terlepas dari apakah itu layak diberitakan, bahkan jika itu berasal dari politisi," kata Zuckerberg.
(ulf/ayp)
[Gambas:Video CNN]