Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Donald
Trump dikecam oleh para pemimpin agama di
Amerika Serikat setelah berpose di depan Gereja Apiskopal St. John sambil mengacungkan Alkitab di tangannya pada Senin (1/6).
Gereja St. John, Washington, terletak di seberang Lafayette Park yang menghadap langsung ke Gedung Putih. Gereja itu menjadi titik panas protes anti-rasial dan solidaritas terhadap kematian warga kulit hitam AS, George Floyd, selama beberapa hari terakhir.
Pose Trump menuai kecaman sebab sebelum sang presiden meninjau lokasi itu, para demonstran yang tengah melakukan protes secara damai diusir oleh polisi dengan menggunakan gas air mata, semprotan merica, hingga peluru karet.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tindakan represif itu dilakukan polisi demi mensterilkan area gereja sebelum sang presiden datang dan berfoto. Foto Trump tersebut pun langsung menuai kritik hingga kecaman tajam termasuk dari pemuka agama di AS.
"(Foto) itu traumatis dan sangat ofensif, dalam arti bahwa sesuatu yang sakral disalahgunakan untuk isyarat politik," kata Uskup Eposkopal Washington Mariann Budde kepada stasiun radio
NPR pada Selasa (2/6).
Trump dikenal memiliki banyak pendukung dari komunitas Kristen evangelis. Budde menuturkan Trump "menggunakan kekuatan simbolis teks suci kami, memegang kitab di tangannya seolah-olah itu adalah pembenaran posisi dan otoritasnya."
Budde juga menyoroti cara polisi yang dianggap tidak manusiawi saat membubarkan para pedemo hanya demi memberikan jalan kepada Trump yang ingin "berpose" di gereja.
"Protes pada saat itu sepenuhnya damai. Sama sekali tidak ada pembenaran untuk ini," kata Budde.
Selain Budde, sejumlah pemimpin Episkopal lain turut mengecam lawatan Trump ke gereja yang dianggap "memalukan dan menjijikkan secara moral."
"Hanya dengan memegang tinggi-tinggi sebuah Alkitab yang belum dibuka di tangannya, ia (Trump) mengklaim seolah mendapat dukungan Kristen dan gereja Episkopal," ucap sejumlah uskup dari New England melalui sebuah pernyataan.
Sebelum meninjau gereja yang turut menjadi korban perusakan dalam kerusuhan demo itu, Trump mengeluarkan pernyataan pers terkait penanganan unjuk rasa.
Dalam pernyataan publik di Gedung Putih, Trump mengancam akan mengerahkan personel militer jika kerusuhan tetap berlangsung di sebagian besar negara bagian.
Tak berhenti sampai di situ, keesokan harinya, Trump bersama Ibu Negara Melania mengunjungi St John Paul II National Shrine di timur Washington. Lawatan Trump itu pun turut dikecam dan membuat geram pemimpin Katolik AS.
"Saya melihat itu sebagai kebingungan dan sikap tercela bahwa fasilitas agama Katolik mau membiarkan untuk disalahgunakan dan dimanipulasi dengan cara yang melanggar prinsip agama kita," kata Uskup Agung Washington Wilton Gregory.
Menurut Gregory, Paus John Paul yang meninggal pada 2005 "tentu tidak menerima penggunaan gas air mata dan penghalang lainnya untuk membungkam, menyebarkan, atau mengintimidasi (pedemo) demi kesempatan berfoto di tempat ibadah dan perdamaian."
Ratusan ribu orang telah berdemonstrasi menuntut keadilan atas kematian Floyd pada 25 Mei lalu. Pria kulit hitam asal Minneapolis itu meninggal setelah kehabisan napas usai lehernya ditekan dengan lutut oleh seorang petugas kepolisian yang tengah menangkapnya.
Demonstrasi pertama kali pecah di Minneapolis sehari setelah kematian Floyd hingga akhirnya menyebar ke seluruh penjuru AS. Semula protes berlangsung damai namun kerusuhan tidak terelakkan dalam unjuk rasa yang terjadi di beberapa wilayah.
(rds/dea)
[Gambas:Video CNN]