Jakarta, CNN Indonesia -- Amerika Serikat menyebut komentar China soal kerusuhan yang dipicu oleh kematian
George Floyd sebagai penipuan dan propaganda menggelikan karena tak memenuhi hak asasi manusia rakyatnya sendiri.
"Seperti halnya kediktatoran sepanjang sejarah, tidak ada kebohongan yang terlalu saru asalkan melayani nafsu Partai untuk berkuasa," kata Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dalam sebuah pernyataan, merujuk kepada Partai Komunis China (PKC), dikutip dari AFP, Sabtu (6/6).
"Propaganda menggelikan ini seharusnya tidak membodohi siapa pun," tambah Pompeo.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski begitu, Pompeo tak menjelaskan soal komentar China yang mana yang ia sindir itu.
Dia hanya mengatakan Beijing dalam beberapa hari terakhir telah menunjukkan "penghinaan terus-menerus terhadap kebenaran dan cemoohan terhadap hukum."
 Polisi di AS masih menggunakan kekerasan dalam merespons unjuk rasa terkait kematian George Floyd, meski sebagiannya berupaya mengambil hati massa dengan jalan damai. (Richard Tsong-Taatarii/Star Tribune via AP) |
"Upaya propaganda PKC, yang berusaha untuk mengacaukan tindakan Amerika Serikat setelah kematian George Floyd dengan penolakan PKC terhadap HAM dan kebebasan, harus dilihat sebagai penipuan yang sebenarnya," cetus Pompeo.
Terpisah, Sekretaris Pers Gedung Putih, Kayleigh McEnany, mengatakan bahwa "pembantaian" China terhadap para demonstran di Lapangan Tiananmen pada tahun 1989 belum dilupakan, mendesak Beijing untuk mempertanggungjawabkannya.
"Pembantaian warga sipil China yang tidak bersenjata oleh Partai Komunis China adalah sebuah tragedi yang tidak akan dilupakan," ucapnya dalam sebuah pernyataan.
"Amerika Serikat menyerukan China untuk menghormati ingatan orang-orang yang kehilangan nyawa mereka dan untuk mengungkap angka sesungguhnya soal warga yang terbunuh, ditahan, atau hilang sehubungan dengan peristiwa-peristiwa seputar pembantaian Lapangan Tiananmen pada 4 Juni 1989," lanjutnya.
Sebelumnya, China telah berulang kali mengkritik AS tentang kasus Floyd. Salah satunya, media milik pemerintah China, Global Times, yang mengaitkan kasus Floyd dengan kritik AS atas penanganan demonstrasi di Hong Kong.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian menuding AS munafik, sembari menyebut rasisme sebagai "penyakit kronis masyarakat Amerika."
 Foto: CNNIndonesia/Basith Subastian |
Dia pun menyebut respons Washington terhadap kematian Floyd sebagai sebuah "contoh prosedur dari standar ganda yang terkenal di dunia".
"Kenapa AS menyebut-nyebut apa yang disebut kemerdekaan Hong Kong dan unsur-unsur kekerasan sebagai pahlawan dan aktivis, di saat menyatakan orang-orang yang memprotes rasisme sebagai 'perusuh'?" cetus Zhao.
AS memang berulangkali melontarkan kritik terhadap penanganan China terhadap aksi demonstrasi di Hong Kong yang mengedepankan kekerasan sejak tahun lalu.
Saling balas kritik terkait kasus Floyd ini melengkapi perang kata-kata Presiden AS Donald Trump dengan China terkait penanganan Virus Corona. Kedua negara juga belum pulih sepenuhnya dari dampak perang dagang.
Hubungan bilateral kedua negara juga memanas terkait isu Hong Kong. Paman Sam mengecam keras pemberlakuan UU Keamana di bekas jajahan Inggris itu oleh China sekaligus mendukung aksi demonstrasi kaum pro-demokrasi Hong Kong.
(afp/arh)
[Gambas:Video CNN]