Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang ilmuwan asal
Iran bernama Majid Taheri akhirnya bebas dan telah dipulangkan ke kampung halaman usai ditahan selama 16 bulan di
Amerika Serikat.
Pembebasan Taheri merupakan bagian dari kesepakatan pertukaran tahanan antara Iran dan AS. Ia dibebaskan dari penjara di AS pada Kamis pekan lalu, bertepatan dengan pembebasan veteran Angkatan Laut Amerika Michael White oleh pihak berwenang Iran.
Taheri tiba di Bandara Internasional Khomeini, Teheran, pada Senin (8/6) waktu lokal. Kedatangan Taheri disambut langsung oleh Wakil Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Jaberi Ansari, seperti diberitakan kantor berita
ISNA.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami berharap melihat pembebasan (orang Iran lainnya yang dipenjara di luar negeri) dalam waktu dekat," ujar Ansari dalam jumpa pers di bandara seperti dilansir
AFP.
Ansari menuturkan Iran akan berupaya semaksimal mungkin untuk membebaskan warga negara yang dipenjara di luar negeri.
Taheri merupakan warga keturunan Iran-Amerika yang bekerja di klinik Tanpa, Florida. Ia dituduh melanggar sanksi AS dengan mengirim barang teknis dan medis ke Iran.
Pada Desember lalu, Taheri mengaku bersalah karena melanggar persyaratan pelaporan keuangan dengan menyimpan dana sebesar US$277,3 di sebuah bank.
Setibanya di Iran, Taheri membantah segala tuduhan atas otoritas AS terhadap dirinya. Ia menganggap seluruh tuduhan itu "tidak adil dan salah".
"Saya membantu Universitas Teheran untuk mengembangkan vaksin kanker, terutama untuk wanita," katanya.
Taheri merupakan ilmuwan kedua yang ditahan oleh AS dan akhirnya bebas dalam sepekan terakhir. Sebelum Taheri, Cyrus Asgari lebih dulu dibebaskan dan dipulangkan ke Iran.
Pembebasan Taheri dan Asgari ini berlangsung ketika Iran dan AS masih bersitegang. Ketegangan kedua negara terus memanas setelah Presiden Donald Trump menarik AS keluar dari perjanjian nuklir 2015 dan kembali menjatuhkan serangkaian sanksi terhadap Iran.
Perseteruan kedua negara bahkan semakin memuncak setelah Trump memerintahkan serangan udara ke Irak yang menewaskan salah satu jenderal paling berpengaruh di Iran, Qasem Soleimani, pada Januari lalu.
Meski begitu, pertukaran tahanan ini dinilai sejumlah pihak menggambarkan bahwa masih ada peluang negosiasi antara Iran dan AS di tengah kebuntuan hubungan kedua negara.
(rds/dea)
[Gambas:Video CNN]