Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyalahkan mantan penasihat keamanan nasional, John Bolton, atas kegagalan perundingan pelucutan senjata nuklir dan pencabutan sanksi dengan Korea Utara.
Bantahan Trump disampaikan menanggapi isi buku yang ditulis Bolton berjudul The Room Where It Happened.
"Ketika orang gila (seperti) John Bolton melanjutkan Deface the Nation dan dengan bodohnya mengatakan bahwa dia menyarankan 'Model Libya' untuk Korea Utara, semua terjadi," tulis Trump di akun Twitter pribadinya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kicauan itu merujuk pada wawancara Bolton pada April 2018 di acara CBS bertajuk 'Face the Nation'.
Dilansir Yonhap News Agency, Jumat (19/6), yang dimaksud "Model Libya" adalah memaksa Korea Utara melucuti program rudal nuklir dan balistiknya lalu kemudian menerima konsesi sebagai imbalan.
Trump menyebut hubungannya dengan Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, sebenarnya berjalan sangat baik. Namun, menurut dia hal itu justru dirusak oleh pernyataan Bolton.
"Dia (Kim) tidak ingin Bolton berada di dekatnya. Pernyataan paling bodoh dari Bolton membuat (hubungan) kami (AS) kembali sangat buruk dengan Korea Utara, bahkan saat ini," kata Trump.
"Saya bertanya kepadanya (Bolton), 'apa yang kamu pikirkan?', dia tidak punya jawaban dan hanya meminta maaf. Seharusnya saya memecatnya saat itu juga!," tambah Trump.
Sudah sejak lama Korea Utara menolak keras mengikuti model Libya. Mereka tidak ingin bernasib seperti mendiang pemimpin Libya, Muammar Khaddafi, yang menyerahkan program senjata pemusnah massal pada 2003.
Bolton keluar dari jabatannya pada September lalu setelah berselisih paham dengan Trump mengenai berbagai masalah kebijakan, termasuk Korea Utara.
"Saya mundur dengan sangat buruk ketika John Bolton berbicara tentang model Libya, dan dia melakukan kesalahan. Dan begitu dia menyebutkan itu, 'model Libya', sungguh (merupakan) bencana," kata Trump kepada wartawan tak lama setelah Bolton hengkang.
Trump dan Kim telah bertemu sebanyak tiga kali dalam dua tahun terakhir untuk membicarakan kesepakatan mengenai pembongkaran program senjata nuklir Korea Utara dengan imbalan konsesi AS. Namun, upaya itu terhenti sejak pertemuan puncak kedua pada Februari 2019 di Vietnam yang berakhir tiba-tiba karena perbedaan ruang lingkup denuklirisasi Korea Utara dan bantuan sanksi dari AS.
Surat kabar The New York Times melaporkan pada Rabu (17/6) lalu, dalam memoarnya, Bolton mengutip ucapan Menteri Luar Negeri, Mike Pompeo, sebulan setelah KTT Trump-Kim pertama pada Juni 2018, bahwa Pompeo berpikir diplomasi nuklir Trump dengan Korea Utara tidak bakal berhasil.
(ans/ayp)