Seorang tersangka kasus pembunuhan George Floyd, J. Alexander Keung, tepergok sedang berbelanja bahan makanan di swalayan Cub Foods, Plymouth, Massachusetts, Amerika Serikat, dan kemudian direkam melalui video.
Rekaman itu lantas diunggah di Twitter, pada Sabtu (20/6) pekan lalu. Video itu diunggah oleh seorang pengguna Twitter bernama Josiah.
"Lihat siapa yang ditemukan saudara perempuan saya di Cub Foods di Plymouth. J. Alexander Keung, salah satu petugas yang menganiaya #GeorgeFloyd dengan darah dingin," tulisnya.
Video itu telah dibagikan sebanyak puluhan ribu kali sejak pertama kali diunggah.
[Gambas:Twitter]
J. Alexander Keung (26) dibebaskan dari penjara Hennepin County pada dengan jaminan US$750 ribu.
"Jadi Anda keluar dari penjara dan kamu nyaman berbelanja di Cub Foods. Seolah-olah Anda tidak melakukan apa-apa," kata si wanita yang memergokinya.
"Apakah Anda pikir orang tidak akan mengenalimu? Anda membunuh seseorang dengan darah dingin. Anda tidak berhak berada di sini," tambah wanita itu.
"Saya mengerti. Saya akan membayar belanjaan saya," kata Keung, dilansir dari The Independent, Senin (22/6).
Akan tetapi, wanita itu tidak memperbolehkan Keung membayar belanjaannya dan mengatakan bahwa ia ingin Keung dipenjara.
"Apakah Anda merasa menyesal atas apa yang Anda lakukan?," tanyanya.
Keung menjadi tersangka karena diduga membantu dan bersekongkol atas pembunuhan tingkat dua, dan ikut andil dalam kematian Floyd.
Menurut dokumen pengadilan, Keung membantu menganiaya Floyd dalam penangkapan atas dugaan penggunaan uang palsu senilai US$ 20.
Selama insiden fatal itu, eks petugas polisi Minneapolis, Derek Chauvin, menekan lututnya di leher Floyd.
Saat itu Floyd terus-menerus meminta dilepaskan karena tidak bisa bernapas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Chauvin menghadapi dakwaan pembunuhan tingkat dua. Sedangkan tiga mantan polisi lainnya yakni Tou Thao, Thomas Lane, dan Keung didakwa karena membantu dan bersekongkol dengan pembunuhan tersebut. Semua petugas telah dipecat dari pekerjaan mereka.
Pembunuhan Floyd pada 25 Mei lalu memicu aksi protes di hampir seluruh kota di AS dan dunia terhadap kebrutalan polisi dan diskriminasi rasial yang berlanjut hingga hari ini.