Uni Eropa sedang mempertimbangkan untuk membatasi wisatawan asing dari beberapa negara termasuk Amerika Serikat, di tengah tahapan penerapan normal baru akibat pandemi virus corona (Covid-19).
Hal itu disampaikan oleh pejabat Uni Eropa kepada CNN, Rabu (24/6).
Gagasan itu diutarakan di tengah lonjakan infeksi virus corona di beberapa negara. Pejabat tersebut mengatakan mereka belum memutuskan negara mana saja yang termasuk dalam daftar.
Uni Eropa telah bekerja sama dengan negara-negara anggota untuk menyepakati perizinan wisatawan asing yang dianggap aman bepergian ke negara anggota mulai 1 Juli mendatang.
Pedoman ini merujuk pada upaya negara-negara asal wisatawan dalam menangani kasus virus corona.
Seorang diplomat Uni Eropa mengatakan kriteria pedoman akan difokuskan pada pencegahan penyebaran virus. Contohnya, Belgia akan melarang wisatawan dari negara-negara dengan tingkat penularan virus yang tinggi.
Akan tetapi, rekomendasi yang dibuat oleh komisi ini tidaklah wajib. Keputusan akhir perihal pembukaan dan penutupan perbatasan akan dikembalikan ke masing-masing negara anggota.
Beberapa negara Eropa menyatakan sama sekali enggan membuka kembali negaranya karena takut akan gelombang kedua virus corona.
Surat kabar The New York Times melaporkan, warga Amerika Serikat kemungkinan tidak bisa melakukan perjalanan ke Eropa.
Ketika disinggung apakah AS ada dalam daftar negara yang kemungkinan dilarang, seorang diplomat Uni Eropa menunjukkan kepada CNN poin pertama dari daftar periksa yang diterbitkan oleh Komisi Eropa pada 11 Juni, tentang apa yang harus dipertimbangkan ketika mengizinkan wisatawan memasuki Uni Eropa.
Poin pertama dari daftar periksa wajib mempertanyakan apakah negara tersebut bisa dianggap berada dalam situasi epidemiologis yang sebanding atau lebih baik dari rata-rata wilayah di Uni Eropa.
Pertanyaan itu sehubungan dengan jumlah dan tren infeksi baru, serta respon negara di berbagai bidang seperti pengujian, pengawasan, pelacakan kontak, penahanan, perawatan, dan pelaporan.
AS memiliki jumlah kematian dan infeksi virus corona tertinggi di dunia. Pada Selasa (23/6) kemarin, tercatat ada 2.329.637 orang terinfeksi dan 121.029 orang meninggal, menurut data Sekolah Kedokteran Universitas Johns Hopkins.
Dua pejabat Uni Eropa mengatakan pelarangan wisatawan AS memasuki Eropa hanya terbatas pada wilayah asal tertentu saja dan tidak bersifat menyeluruh, karena beberapa wilayah di AS memiliki tingkat infeksi lebih tinggi.
Diplomat Uni Eropa lainnya mengatakan mereka belum merilis daftar negara, baru kriterianya saja. Kriteria itu termasuk penambahan kasus virus per 100 ribu orang selama empat belas hari terakhir.
Timbal balik dari negara asal juga menjadi pertimbangan. Awal tahun ini, AS sangat membatasi perjalanan dari sebagian besar negara Eropa karena virus corona.
Dua Pejabat Eropa menilai sejauh ini pihak Gedung Putih menunjukkan sedikit minat untuk terlibat dalam masalah ini.
"Larangan perjalanan AS jauh lebih ketat, jadi sulit membayangkan mereka ikut membahas hal ini dan mereka belum melakukannya," kata seorang pejabat senior Eropa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Larangan bepergian ini juga tidak ada hubungannya dengan keputusan presiden yang ditandatangani oleh Presiden AS Donald Trump pekan ini, di mana ia membekukan visa bagi pekerja asing.
"Ini murni berdasarkan pertimbangan kesehatan," ujar pejabat Eropa kedua.
Seorang pejabat di Komisi Eropa mengatakan pihaknya terus bekerja sepanjang waktu untuk merevisi kriteria daftar periksa untuk memberi pedoman kepada negara-negara anggota sebelum pembukaan kembali yang dijadwalkan pada 1 Juli mendatang.
Para duta besar akan bertemu lagi pada Rabu dan Jumat pekan ini untuk membahas langkah-langkah selanjutnya.