Pemerintah Australia akan menggelontorkan anggaran US$ 186 miliar untuk militernya dalam waktu satu dekade mendatang. Dalam dokumen Pembaruan Strategis Pertahanan yang dikutip dari CNN.com, anggaran itu meningkat 40 persen dibandingkan dengan dekade sebelumnya.
Anggaran akan digunakan untuk membeli rudal jarak jauh dan memperkuat kemampuan pertahanan mereka di tengah meningkatnya ketegangan di kawasan Indo-Pasifik. Diperkirakan US$ 800 juta telah dialokasikan untuk membeli dari rudal jarak jauh anti-kapal AGM-158C dari Angkatan Laut AS.
Rudal itu bisa menjangkau wilayah hingga 370 kilometer (230 mil).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu saat berbicara di Akademi Angkatan Pertahanan Australia di Canberra, Rabu, Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan peningkatan anggaran dilakukan karena Australia menghadapi situasi internasional terberat sejak menjelang Perang Dunia II.
"Kami perlu bersiap untuk dunia pasca-Covid yang lebih miskin, berbahaya dan kacau," katanya.
Morrison menghindari secara langsung mengaitkan peningkatan anggaran pertahanan negaranya itu dengan ancaman yang tumbuh dari China. Ia hanya menyebutkan beberapa negara saat ini sedang bersengketa dengan Beijing.
Sengketa tersebut salah satunya terjadi antara India dan China di perbatasan Himalaya. Sengketa juga terjadi di Laut Cina Selatan dan Laut Cina Timur.
Sementara itu Rory Medcalf, kepala National Security College (NSC) di Australian National University mengatakan peningkatan anggaran pertahanan merupakan strategi baru yang sedang dilakukan Australia untuk mempersiapkan masa depan.
Dalam rabaannya, ke depan China akan semakin mendomominasi dunia. Sementara AS, ia ramal dominasinya akan menurun.
"Ini semua tentang penggunaan kekuatan China yang tegas dan cara China pada dasarnya menyalahgunakan jendela Covid-19," katanya.
(cnn.com/agt)