Australia Klaim Digempur Serangan Siber dari Negara Asing

Associated Press | CNN Indonesia
Jumat, 19 Jun 2020 15:51 WIB
Australian Prime Minister Scott Morrison looks on during a press conference with US President Donald Trump in the East Room of the White House in Washington, DC, on September 20, 2019. (Photo by Nicholas Kamm / AFP)
PM Australia, Scott Morrison. (Nicholas Kamm / AFP)
Jakarta, CNN Indonesia --

Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, mengatakan negaranya sedang menghadapi serangan siber bertubi-tubi yang dilakukan dari sebuah negara.

Morrison menyebut serangan itu berasal dari 'pelaku yang berada di negara yang canggih'.

Keterangan itu ia sampaikan pada Jumat (19/6). Morrison tidak menyebut nama negara yang dimaksud, tetapi dia mengatakan akan membuat peringatan besar kepada publik untuk meningkatkan kesadaran akan ancaman itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saat ini organisasi-organisasi Australia sedang ditargetkan oleh aktor siber yang berbasis di negara yang canggih," kata Morrison kepada wartawan.

"Kegiatan ini menargetkan organisasi Australia di berbagai sektor termasuk semua lapisan pemerintahan, industri, organisasi politik, pendidikan, kesehatan, penyedia layanan penting, dan operator infrastruktur penting lainnya," tambah Morrison.

Dilansir Associated Press, Morrison mengatakan meski ancaman siber itu tergolong konstan, tetapi frekuensi serangan telah meningkat selama berbulan-bulan.

"Ini merupakan perbuatan seorang aktor yang berbasis di negara dengan kemampuan signifikan. Tidak banyak aktor berbasis negara yang memiliki kemampuan seperti itu," kata Morrison.

Morrison sangat menginginkan organisasi kesehatan, infrastruktur penting, dan layanan penting lainnya segera meningkatkan pertahanan teknis untuk menggagalkan serangan berbahaya tersebut.

Menteri Pertahanan Australia, Linda Reynolds, mengatakan badan siber pemerintah, Pusat Keamanan Dunia Maya Australia dan Departemen Dalam Negeri telah menerbitkan sebuah panduan teknis tentang bagaimana sebuah organisasi bisa mendeteksi dan mengurangi ancaman siber.

Morrison enggan mengomentari spekulasi yang menyebut serangan siber itu merupakan bagian dari keretakan hubungan antara Australia dengan China.

Dalam beberapa pekan terakhir, China melarang ekspor daging sapi dari tempat pemotongan hewan terbesar di Australia. Larangan itu mengakhiri perdagangan antar kedua negara.

China juga memperingatkan warganya untuk tidak mengunjungi Australia, dengan klaim khawatir akan terjadi diskriminasi rasial.

Langkah yang diambil China ditafsirkan sebagai hukuman atas sikap Australia yang mengajak penyelidikan independen tentang asal-usul dan penyebaran virus corona.

Pekan ini Menteri Luar Negeri Australia, Marise Payne, menuduh China sengaja memicu kecemasan pandemi Covid-19 untuk melemahkan demokrasi Barat dengan menyebarkan disinformasi daring. China juga menuduh Australia melakukan hal yang sama.

"Australia tidak terlibat dalam atribusi publik dan tidak akan menyebut nama negara di balik kampanye siber saat ini. Saya tidak bisa mengendalikan spekulasi apa mungkin ada pihak lain terlibat dalam masalah ini," kata Morrison.

[Gambas:Video CNN]

Morrison mengatakan dia telah membahas ancaman keamanan dunia maya yang semakin meningkat dengan sekutu Australia. Dia mengatakan sudah berbicara dengan Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, mengenai masalah ini.

"Sampai saat ini, investigasi pihak Australia belum mengungkap pelanggaran data pribadi berskala besar. (Namun) otoritas keamanan siber Australia sudah menggagalkan banyak serangan," kata Morrison.

(ans/ayp)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER