Sekitar 18 orang dinyatakan tewas dan 14 orang lainnya dinyatakan hilang setelah banjir besar dan tanah longsor yang dipicu oleh hujan deras yang menerpa daerah Kumamoto, Kyushu, Jepang.
Warga pun mengaku bencana ini membuat beban hidup kala pandemi Covid-19 makin berat karena usaha mereka kian terganggu.
Dikutip dari AFP, Tim penyelamat sejauh ini tengah mencari 14 orang lainnya yang masih hilang di panti jompo yang tergenang air setelah sejumlah sungai meluap. Petugas penyelamat sudah mengevakuasi 50 orang lainnya dari lokasi ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Banjir itu sendiri dilaporkan menghancurkan sejumlah rumah, menghanyutkan kendaraan, dan meruntuhkan jembatan.
Meski hujan di Kumamoto sudah reda, pada Minggu (5/7) pagi, warga terisolasi karena jembatan yang runtuh akibat banjir dan jalan tertutupi tanah longsor.
Tulisan "SOS" besar tampak di tanah bekas sekolah dasar di kota Yatsushiro. Di lokasi itu, sekitar 10 orang meminta pertolongan dengan melambaikan kain putih kepada helikopter penyelamat dan media.
Tayangan televisi menunjukkan orang-orang diselamatkan dengan helikopter dari rumahnya yang sudah dikelilingi oleh air bercampur lumpur.
Petugas penyelamat dan Pasukan Bela Diri Jepang menggunakan perahu dan helikopter untuk mengevakuasi warga yang terdampar.
![]() |
Pemerintah daerah setempat mengonfirmasi 18 orang tewas, sementara 16 lainnya dinyatakan mengalami henti jantung.
"Meja dan sofa mengambang dan Anda tidak bisa bergerak," kata seorang pejabat, yang membantu upaya penyelamatan di rumah seorang lansia.
Banjir diketahui hampir selalu menerjang sejumlah daerah di Jepang selama musim hujan. Kini, upaya penyelamatan dan evakuasi korban banjir dipersulit oleh wabah Covid-19.
Petugas di tenda darurat pun meminta para pengungsi tetap mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak sosial untuk menghindari penularan Virus Corona.
"Kami akan melakukan yang terbaik untuk mencegah penyebaran infeksi dan membuat kehidupan mereka yang harus mengungsi senyaman mungkin," kata Menteri Manajemen Bencana Ryota Takeda kepada wartawan setelah mengunjungi GOR di Kota Hitoyoshi yang jadi tempat evakuasi 600 warga.
Pada rapat kabinet mengenai bencana, Perdana Menteri Shinzo Abe menjanjikan bantuan keuangan sambil memperingatkan penduduk di Kumamoto untuk bersiap menghadapi hujan lebat.
"Ketika kita berbicara, lebih dari 40 ribu personel polisi, pemadam kebakaran, penjaga pantai, dan pasukan bela diri sedang melakukan operasi pencarian dan penyelamatan yang akan terus berlanjut sepanjang malam," kata Abe.
"Menyelamatkan nyawa adalah prioritas kami," tambahnya.
![]() |
Abe mengungkapkan hujan deras di kawasan itu diperkirakan akan berlangsung hingga Senin (6/7).
"Kita harus tetap waspada," katanya, sembari memperingatkan warga untuk memantau berita terkait perkembangan situasi banjir dan tanah longsor.
Meskipun Jepang relatif tak mengalami dampak parah Virus Corona, kurang dari 20 ribu kasus dan 1.000 kematian, warga setempat mengatakan banjir itu memperburuk kondisi pandemi.
Seorang manajer sebuah perusahaan bus wisata di Hitoyoshi risau hujan akan merusak 23 bus miliknya.
"Kami hanya mengatakan bahwa saat ini masa pandemi, kami hanya harus bertahan dan kami berusaha menghibur diri agar tetap termotivasi," katanya.
"Lalu datanglah bencana alam ini. Saya hanya tidak tahu harus berkata apa," ucapnya sambil menahan tangis.
Seorang pemuda lokal yang tengah membersihkan restoran dari lumpur di Hitoyoshi mengatakan, "Setelah Corona, kami kena [bencana] ini. Ini terlalu berat."
(afp/arh)