Pemerintah China memutuskan kembali mengunci (lockdown) Ibu Kota Urumqi, Provinsi Daerah Otonomi Xinjiang, pada Kamis (16/7) kemarin setelah ditemukan satu kasus positif Covid-19 dan empat kasus positif lainnya tanpa gejala.
Kota berpenduduk 3,5 juta orang itu juga menutup satu-satunya jalur kereta bawah tanah pada Kamis malam waktu setempat, dan membatasi penerbangan, baik kedatangan maupun keberangkatan di bandara.
"(Kami) dengan tegas menutup transmisi (penularan)... memperkuat pengendalian di tempat-tempat ramai dan melakukan penyaringan ketat di klinik demam rumah sakit," kata Komite Partai Komunis China di Xinjiang pada Jumat (17/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir South China Morning Post, ada kecurigaan wabah baru Covid-19 di Xinjiang berasal dari seorang pengusaha yang melakukan perjalanan dari Urumqi ke Provinsi Zhejiang. Dia dihubungi oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Xinjiang untuk dites virus corona pada Selasa.
Komisi kesehatan Zhejiang pada Kamis mengatakan pengusaha itu dikonfirmasi positif Covid-19 tanpa gejala.
Pada Kamis sore waktu setempat, komisi kesehatan Xinjiang mengumumkan ada kasus baru virus corona melalui penularan lokal, yakni seorang wanita berusia 24 tahun yang bekerja di bidang ritel. Dia mengalami sakit tenggorokan pada Jumat lalu dan dikirim ke rumah sakit menggunakan ambulans.
Lalu pada Selasa, wanita itu mengalami demam dan sakit kepala. Dia dinyatakan positif virus corona pada Rabu lalu.
Menurut Komisi Kesehatan Urumqi, tiga orang dari kontak terdekatnya dipastikan sebagai kasus positif tanpa gejala dan sedang dalam pengawasan medis.
Menurut unggahan di media sosial, cepatnya pemberlakuan lockdown di Urumqi mengejutkan banyak orang dan mengakibatkan warga setempat berebut membeli bahan pangan dan kebutuhan pokok lainnya. Para wisatawan dilaporkan terdampar karena penerbangan dibatalkan dan orang-orang yang pernah mengunjungi Urumqi ditolak masuk ke wilayah lain di Xinjiang.
"Hanya ada satu kasus dan kereta bawah tanah ditutup?" kata seorang pengguna media sosial Weibo yang tidak percaya mendengar berita penutupan satu-satunya kereta bawah tanah di Urumqi.
Penduduk Urumqi lainnya mengatakan bahwa dia memahami perlunya lockdown mengingat sistem kesehatan di Urumqi tidak sekuat wilayah lain di China.
"Sumber daya perawatan kesehatan Xinjiang tidak dapat dibandingkan dengan tempat lain di China. Menutup sumber (penularan) mungkin merupakan upaya penahanan (virus) terbaik," tulisnya di media sosial Weibo.
Sementara itu menurut unggahan Presiden Kazakhstan, Kassym-Jomart Tokayev, pada 13 Juli lalu, negara yang berbatasan dengan Xinjiang juga menghadapi pertambahan kasus virus corona dan pneumonia. Karantina nasional kedua di negara itu akan diperpanjang selama dua pekan hingga awal Agustus.
(ans/ayp)