Kasus bunuh diri di Jalur Gaza, Palestina, dilaporkan melonjak akibat blokade yang dilakukan oleh Israel selama 14 tahun.
Dilansir Middle East Eye, Kamis (30/7), Pusat Hak Asasi Manusia Al-Mezan yang berbasis di Gaza melaporkan setidaknya 16 penduduk tewas bunuh diri, dan ratusan orang lainnya melakukan percobaan bunuh diri pada paruh pertama 2020.
Kelompok-kelompok HAM mengatakan lonjakan kasus bunuh diri ini sangat memprihatinkan. Motifnya dinilai beragam, seperti kesulitan ekonomi, dampak traumatis dari kebijakan pendudukan Israel, atau karena faktor-faktor lain.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada 2012, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan bahwa Gaza "tidak layak ditinggali" pada 2020 mengingat ketegangan pengepungan yang melumpuhkan dan kehancuran yang disebabkan oleh tiga perang sejak 2007. Selain itu banyak pertikaian militer berskala kecil dan aksi protes yang ditekan secara brutal oleh pemerintah setempat yang dikuasai Hamas.
Orang-orang Palestina menghubungkan peningkatan upaya bunuh diri dengan memburuknya situasi kemanusiaan dan ekonomi di Jalur Gaza.
Menurut Uni Eropa, blokade dan permusuhan di kawasan itu telah melemahkan ekonomi setempat ke titik di mana sekitar 1,5 juta orang atau sekitar 80 persen dari total populasi di Gaza bergantung pada bantuan.
Selain itu, sejumlah penduduk Jalur Gaza, baik lelaki maupun perempuan, mengalami tekanan mental dan trauma akibat perlakuan buruk ketika dipenjara oleh aparat Israel.
Menurut pemantau HAM Euro-Mediterania, sejak diberlakukannya blokade pada 2007, jumlah bisnis di Gaza menurun dari 3.500 menjadi 250. Saat ini, hampir 54 persen keluarga yang tinggal di Jalur Gaza hidup di bawah garis kemiskinan.
Langkah-langkah yang diambil untuk menghentikan penyebaran pandemi virus corona semakin memperburuk krisis ekonomi di Gaza, di mana hampir 26 ribu orang kehilangan pekerjaan dalam tiga bulan pertama di 2020.
Menurut Biro Statistik Pusat Palestina (PCBS), pada kuartal pertama 2020 tingkat pengangguran di Jalur Gaza mencapai 46 persen, dibandingkan pada kuartal akhir 2019 yakni sekitar 42,7 persen.
Direktur Advokasi Hukum dan Hukum Internasional di Al Mezan, Nuriya Oswald, mengatakan angka bunuh diri yang mengkhawatirkan adalah "bukti kesedihan dan dampak kesehatan mental yang parah" akibat blokade Israel.
Dia menambahkan orang-orang yang bekerja di sektor perikanan dan pertanian yang pernah berkembang pesat di Gaza menjadi rentan karena ancaman kekerasan Israel dan pembatasan yang berdampak pada mata pencaharian mereka.
![]() |