Pertikaian Turki vs Yunani di Mediterania Bisa Picu Perang

cn | CNN Indonesia
Kamis, 27 Agu 2020 11:33 WIB
Pertikaian antara Yunani dan Turki di perairan timur Mediterania membuat kedua negara selangkah lagi bisa terlibat peperangan.
Kapal survei Turki, Oruc Reis, yang melakukan eksplorasi migas di perairan timur Mediterania. (AFP/OZAN KOSE)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pertikaian antara Yunani dan Turki akibat eksplorasi energi di perairan timur Mediterania membuat kedua negara selangkah lagi bisa terlibat peperangan.

Padahal, Turki dan Yunani sama-sama sekutu Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Jika tidak upaya menengahi kedua belah pihak, maka konfrontasi militer di antara keduanya bisa meletup.

Dilansir CNN, Kamis (27/8), kapal angkatan laut dari kedua negara sudah unjuk kekuatan di wilayah yang diperebutkan di perairan timur Mediterania. Perlombaan untuk mendapatkan cadangan gas dan minyak menambah titik gesekan baru pada perselisihan lama antar keduanya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pertikaian antara Turki dan Yunani kembali berkobar ketika Ankara mengumumkan bahwa mereka memperpanjang durasi misi eksplorasi seismik menggunakan kapal survei Oruc Reis di perairan yang disengketakan. Yang semula misi itu diharapkan berakhir pada Senin malam lalu, menurut catatan navigasi maritim menggunakan sistem NAVTEX global.

Kapal Oruc Reis dikawal oleh empat kapal angkatan laut Turki. Kementerian Pertahanan Turki mengumumkan latihan maritim di daerah itu pada Selasa.

Yunani menganggap eksplorasi gas Turki adalah langkah ilegal. Athena menanggapi Ankara dengan mengeluarkan pesan balasan NAVTEX dan mengumumkan latihan angkatan laut di lokasi yang sama di selatan Turki dan pulau Kastellorizo Yunani, yang terletak lebih dari satu mil dari pantai Turki.

Kemudian pada Rabu, Turki mengkonfirmasi bahwa kapal perang angkatan lautnya sedang melakukan "pelatihan maritim" dengan kapal Amerika Serikat di Mediterania Timur.

Pejabat Prancis dan Italia mengatakan dua negara itu bukan satu-satunya yang melakukan pelatihan maritim, karena Prancis dan Italia bergabung dengan Yunani dan Siprus untuk melakukan latihan angkatan laut bersama. Langkah itu kemungkinan besar akan meningkatkan ketegangan lebih jauh di wilayah tersebut.

"Mediterania Timur telah berubah menjadi ruang ketegangan. Penghormatan terhadap hukum internasional harus menjadi aturan dan bukan pengecualian. Bersama mitra Siprus, Yunani, dan Italia, kami akan memulai latihan militer mulai hari ini dengan metode maritim dan udara," tulis Menteri Pertahanan Prancis, Florence Parly, di Twitter pada Rabu.

Dalam sebuah pernyataan, Angkatan Laut Italia menyerukan "kerja sama dan dialog yang lebih kuat" bahwa mereka akan ambil bagian dalam latihan di lepas pantai Siprus bersama unit angkatan laut Prancis, Siprus, dan Yunani antara 26-28 Agustus.

Sementara Yunani dan Turki terlibat diplomasi kapal perang yang menarik lebih banyak negara ke dalam perselisihan, Jerman berusaha mengurangi ketegangan yang terancam akan meluas secara regional.

"Saat ini perbincangan antara Yunani dan Turki harus dibuka lebih jauh. Selain itu, alih-alih (membuat) provokasi baru, kami saat ini membutuhkan langkah-langkah untuk rileks dan memulai diskusi langsung," tulis Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas, di Twitter.

Maas mengunjungi Athena dan Ankara pada Selasa dalam upaya untuk membawa kedua negara kembali ke meja perundingan.

Menyusul pertemuan tersebut, Menteri Luar Negeri Yunani, Nikos Dendias, dalam konferensi pers bersama mengatakan "Turki terus bertindak melawan hukum untuk meningkatkan dan memprovokasi, meskipun ada desakan dari tetangga, mitra, dan sekutunya".

"Yunani akan mempertahankan kedaulatan dan hak kedaulatannya atas nama hukum. Yunani akan mempertahankan perbatasan nasional dan perbatasan Eropa, kedaulatan dan hak kedaulatan Eropa... tapi Yunani membuktikan bahwa kami akan selalu siap berdialog. Namun, tidak ada dialog di bawah ancaman," tambah Dendias.

Ankara juga menyatakan terbuka terhadap dialog, tapi harus tanpa prasyarat dan berpusat pada distribusi sumber daya yang adil.

[Gambas:Video CNN]

"Kami siap untuk bernegosiasi... tapi tidak ada yang boleh mencoba untuk memaksakan prasyarat pada Turki, terutama yang tidak ditentukan oleh Yunani," kata Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, dalam konferensi pers bersama dengan Maas.

"Kalau pembagiannya adil, bukan pemaksaan sepihak, kita semua diuntungkan," tambah Cavusoglu.

Upaya Jerman untuk mencapai kesepakatan antara Yunani dan Turki gagal dilakukan pada awal Juli. Turki menghentikan survei seismik gas di wilayah sengketa saat negosiasi sedang berlangsung. Namun, menurut pemerintah Turki, pembicaraan tersebut gagal setelah Yunani menandatangani perjanjian demarkasi maritim parsial dengan Mesir.

Sejak itu Turki telah melakukan survei di perairan yang diperebutkan.

Seorang peneliti senior di Institut Austria untuk Studi Eropa dan Keamanan, Michael Tanchum, mengatakan sengketa wilayah antara Turki, Yunani, dan pulau Siprus yang terpecah telah selalu memicu ketegangan regional selama bertahun-tahun. Namun sumber daya gas alam di timur Mediterania Timur selama lima tahun terakhir.

(ans/ayp)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER