Seorang perwira senior militer Prancis yang ditempatkan di pangkalan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) ditahan karena dicurigai menjadi mata-mata Rusia.
Menurut sumber resmi yang mengkonfirmasi rincian laporan dari radio Europe 1, perwira militer Prancis itu ditempatkan di luar negeri, tepatnya di pangkalan NATO di Italia dan diduga melakukan aksi spionase untuk Rusia.
Dilansir AFP, Selasa (1/9), sebagian dari laporan itu telah dikonfirmasi oleh Menteri Pertahanan Prancis, Florence Parly.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang dapat saya konfirmasikan adalah seorang perwira senior sedang menghadapi proses hukum atas pelanggaran keamanan," ujar Parly kepada radio Europe 1, CNews, dan surat kabar Les Echos.
Dia menambahkan bahwa pemerintah Prancis telah mengambil "semua langkah perlindungan yang diperlukan" untuk memastikan bahwa sistem peradilan dapat melakukan tugasnya tanpa mengorbankan rahasia negara. Namun, dia tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Kementerian Angkatan Bersenjata Prancis mengatakan pihaknya telah menawarkan "kerja sama penuh" tentang masalah itu kepada lembaga peradilan.
Seorang sumber mengatakan perwira itu telah disangka dan ditahan atas tuduhan yang melibatkan "intelijen dengan pihak asing yang merusak kepentingan mendasar bangsa".
Sumber itu juga menuturkan, perwira itu disangka dengan delik "menyampaikan informasi kepada pihak asing", "mengumpulkan informasi yang merugikan kepentingan fundamental bangsa untuk menyampaikannya kepada pihak asing", dan "membahayakan kerahasiaan pertahanan nasional".
Dalam laporan Europe 1 disebutkan perwira militer Prancis itu berpangkat letnan kolonel yang ditempatkan di markas NATO di Naples, Italia. Dia berbicara dengan bahasa Rusia dan terlihat di Italia dengan seorang pria yang diidentifikasi sebagai agen GRU, dinas intelijen militer Rusia.
Lihat juga:AS Duga Rusia Mata-matai Serangan Taliban |
Dia dicurigai karena memberikan dokumen sensitif kepada intelijen Rusia.
Pria itu ditangkap oleh dinas intelijen Prancis, DGSI, saat akan berangkat ke Italia pada liburan terakhirnya di Prancis, dan kini ditahan di sebuah penjara di Paris.
Sebelumnya pada Juli lalu, dua mantan mata-mata Prancis ditangkap setelah dituduh memberikan informasi rahasia kepada China. Para ahli menyoroti langkah ini sebagai dorongan Beijing untuk mengembangkan kemampuan intelijen luar negeri.
Kemudian pada 2001, seorang perwira Prancis yang bergabung dengan NATO dinyatakan bersalah karena memberikan informasi kepada Serbia tentang serangan Aliansi terhadap negara tersebut selama perang Kosovo.
(ans/ayp)