Sejumlah peristiwa terjadi di berbagai belahan dunia pada Rabu (2/9). Mulai dari PM Norwegia sebut aksi sobek Alquran kebebasan berpendapat hingga Amerika Serikat ungkap China ingin bangun fasilitas militer di Indonesia.
1. PM Norwegia Sebut Aksi Sobek Alquran Kebebasan Berpendapat
Perdana Menteri Norwegia Erna Solberg memberikan pembelaan atas aksi unjuk rasa anti-Islam akhir pekan lalu di mana Alquran disobek. Solberg menyebut aksi itu sebagai bentuk kebebasan berpendapat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Unjuk rasa itu diadakan oleh kelompok Hentikan Islamisasi di Norwegia (SIAN) di dekat parlemen Norwegia pada Sabtu pekan lalu.
"Sangat khawatir bahwa kebebasan berbicara yang kami bela dengan kuat di Norwegia, dapat dialami secara berbeda di negara lain, atau mungkin dianggap bahwa kami tidak peduli dengan pandangan yang dimiliki SIAN, karena kami lakukan," ucapnya dilansir dari Daily Sabah, Rabu (2/9).
2. Majalah Charlie Hebdo Cetak Ulang Kartun Nabi Muhammad
Majalah satire Prancis Charlie Hebdo menerbitkan ulang kartun Nabi Muhammad. Pengumuman itu disampaikan pada Selasa (1/9) untuk menandai dimulainya persidangan penyerangan kantor mereka pada 2015.
"Kami tidak akan pernah tunduk. Kami tidak akan pernah menyerah," tulis editor Laurent "Riss" Sourisseau dalam tajuk rencana penerbitan ulang kartun tersebut seperti dikutip dari AFP.
Dua belas orang, termasuk beberapa kartunis paling terkenal di Prancis, terbunuh pada 7 Januari 2015, ketika dua bersaudara Said dan Cherif Kouachi menyerang kantor media itu di Paris.
Para pelaku tewas setelah penyerangan itu, sementara 14 tersangka lainnya diadili di Paris pada Rabu (2/9) waktu setempat.
3. AS Ungkap China Ingin Bangun Fasilitas Militer di Indonesia
Kementerian Pertahanan Amerika Serikat atau Pentagon mengungkap China berupaya membangun jaringan logistik yang dapat mencakup sebagian besar Samudera Hindia.
Melansir dari Nikkei Asian Review, laporan setebal 200 halaman tersebut menjelaskan China kemungkinan menganggap Myanmar, Thailand, Singapura, Indonesia, Pakistan, Sri Lanka, dan negara-negara lain di Afrika dan Asia Tengah sebagai lokasi yang tepat untuk fasilitas logistik militer.
Dalam laporan itu diungkapkan bahwa China telah membuat tawaran ke beberapa negara, yakni Namibia, Vanuatu, dan Kepulauan Salomon untuk memuluskan rencananya.
Adapun kepercayaan AS pada ambisi proyeksi kekuatan Beijing di seberang Samudra Hindia berasal dari bagaimana China membuka pangkalan permanen pertamanya di luar negeri pada tahun 2017 yang berlokasi di Djibouti semenanjung Afrika.
(dea)