Pemerintah Jerman menyatakan aktivis oposisi Rusia, Alexei Navalny, diduga diracun menggunakan zat saraf Novichok yang dibuat di era Uni Soviet.
Seperti dilansir Associated Press, Kamis (3/9), pemerintah Jerman menyatakan mereka sudah menguji zat-zat yang terkandung di dalam darah Navalny di laboratorium militer.
"Ada bukti yang kuat bahwa ada jejak kimiawi zat saraf dari kelompok Novichok," demikian isi pernyataan pemerintah Jerman.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut catatan, pemerintah Inggris menyatakan zat Novichok juga digunakan dalam upaya pembunuhan terhadap mantan agen intelijen Rusia, Sergei Skripal, pada 2018 silam. Saat itu anak perempuan Sergei, Yulia, juga terkena racun. Keduanya selamat setelah dirawat.
Zat Novichok adalah racun yang dikembangkan oleh militer era Uni Soviet di masa Perang Dingin. Penggunaan zat itu membuat negara-negara Barat menduga ada keterlibatan pemerintah Rusia terhadap kondisi yang dialami Navalny.
Navalny sampai saat ini masih dinyatakan koma, tetapi kondisinya dilaporkan perlahan membaik.
"Pemulihan sepertinya akan berjalan dalam waktu yang lama. Masih terlalu dini untuk memperkirakan dampak jangka panjang, yang kemungkinan akan muncul akibat racun itu," demikian pernyataan Rumah Sakit Charite di Jerman.
Kanselir Jerman, Angela Merkel, mendesak pemerintah Rusia bisa memberi penjelasan atas hasil temuan mereka terkait zat yang ditemukan di dalam tubuh Navalny.
"Ada sejumlah pertanyaan serius yang hanya bisa dijawab pemerintah Rusia dan mereka harus menjawabnya," kata Merkel.
Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas, menyatakan sudah memanggil duta besar Rusia untuk menjelaskan temuan tersebut.
Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, juga mendesak Rusia menjelaskan hasil temuan Jerman.
Kepala Urusan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell, menyatakan penggunaan senjata kimia seperti Novichok adalah bentuk pelanggaran hukum internasional.
Duta Besar Rusia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Dmitry Polyansky, membantah tuduhan pemerintahnya terlibat dalam dugaan meracun Navalny.
"Tuduhan yang dialamatkan terhadap Rusia saat ini adalah sikap yang wajib dilakukan oleh negara-negara Barat," tulis Polyansky melalui akun Twitter.
Juru bicara pemerintah Rusia, Dmitry Peskov, menyatakan sampai saat ini pemerintah Jerman belum memberikan data-data hasil analisis medis Navalny, meski mereka sudah mengajukan permintaan resmi melalui kejaksaan agung dan dokter yang pertama kali menangani Navalny.
Peskov mengatakan dokter yang pertama kali merawat Navalny di Rusia menyatakan tidak menemukan jejak racun di tubuh sang aktivis. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, menyatakan pemerintah Jerman sampai saat ini hanya memberikan pernyataan tanpa bukti.
![]() |
Navalny yang merupakan aktivis antikorupsi pingsan dalam penerbangan dari Kota Tomsk, Siberia, menuju Moskow pada 20 Agustus. Dia sempat dirawat di rumah sakit Omsk, tetapi langsung diterbangkan ke Jerman sehari kemudian.
Lelaki berusia 44 tahun itu menjadi satu di antara tokoh oposisi Rusia yang kerap mengkritik kebijakan Presiden Vladimir Putin. Dia sudah merasakan bolak-balik ditangkap bahkan diculik dan dibuang ke Siberia, serta berbagai bentuk intimidasi dari aparat keamanan Rusia.
(associated press/ayp)