Penjaga pantai Jepang menemukan seorang pria mengambang dalam kondisi telungkup di lepas pantai pada Jumat (4/9). Pria yang dalam kondisi tidak responsif itu ditemukan di tengah upaya pencarian awak kapal kargo yang membawa 5.800 ekor sapi dan 43 awak yang karam saat terjadi topan Maysak pada Rabu (2/9).
Tim yang menemukan tidak mengetahui pasti apakah pria tersebut dalam kondisi masih hidup atau sudah meninggal. Untuk menyatakan seseorang masih hidup atau sudah meninggal, di Jepang harus menunggu petugas medis profesional bersertifikat.
"Sebuah kapal penjaga pantai menemukan seorang pria dalam posisi telungkup di laut," tulis penjaga pantai dalam pernyataannya seperti dilansir AFP.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pria yang diselamatkan saat ini dievakuasi ke pulau Amami Oshima, jaraknya sekitar 120 kilometer."
Sehari sebelumnya, tim penjaga pantai menemukan seorang awak selamat setelah menyelam ke laut dengan mengenakan jaket pelampung.
Sejauh ini pria berusia 45 tahun yang diidentifikasi sebagai warga Filipina tersebut menjadi satu-satunya awak kapal Gulf Livestock 1 yang ditemukan selamat. Penjaga pantai yang menemukannya kemudian membawanya ke kapal besar serta memberikan selimut dan air.
"Saya satu-satunya? Tidak ada yang lain?," tanya pria itu kepada tim yang membantu menyelamatkannya.
Pria itu menuturkan bahwa kapten kapal sempat mengirimkan sinyal bahaya ketika kapal diterjang topan Maysak pada Rabu dini hari. Saat itu kapal berada di posisi 185 kilometer barat pulau Amami Oshima, Jepang.
Menurutnya salah satu mesin kapal mati ketika diterjang topan. Penjaga pantai dalam sebuah pernyataan seperti mengutip AFP mengatakan, gelombang tinggi menerbalikkan kapal hingga tenggelam.
"Kami diberitahu oleh kementerian pertahanan bahwa seseorang yang mengenakan pelampung ditemukan di laut saat kapal hilang," kata seorang penjaga pantai.
Kapal kargo tersebut diketahui membawa 5.800 sapi dengan awak 39 warga Filipina, dua warga Selandia Baru, dan dua warga Australia. Kapal dalam perjalanan ke pelabuhan Tangshan, China dari Napier, Selandia Baru.
Otoritas Australia mengutip laporan pengamat 2019 mencatat sebelumnya kapal itu pernah mengalami masalah mesin sehingga tidak bisa bermanuver selama 25 jam ketika menempuh perjalanan ke China.
Kementerian Industri Primer (MPI) Selandia Baru mengatakan pihaknya menangguhkan sementara ekspor ternak hidup setelah terjadi musibah tersebut untuk mengetahui lebih lanjut penyebab kecelakaan.
(evn/dea)