Sebagian guru hingga tenaga kesehatan di Rusia dilaporkan ragu terhadap kemanjuran vaksin virus corona (Covid-19) Sputnik-V yang diluncurkan belum lama ini.
Seperti dilansir CNN, Senin (7/9), pemerintah Rusia memutuskan akan melakukan vaksinasi Covid-19 kepada dokter, tentara dan guru, sebelum uji coba klinis pada tahap tiga selesai.
Kendati demikian, beberapa orang baik guru atau dokter tidak serta merta percaya dengan klaim tentang kemanjuran vaksin Sputnik-V dan enggan dijadikan sebagai kelinci percobaan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Serikat guru Rusia, Uchitel, memulai petisi daring yang meminta anggotanya untuk menolak vaksinasi secara langsung atas dasar keamanan, dan menyatakan keprihatinan bahwa vaksinasi - yang saat ini bersifat sukarela - tidak boleh dijadikan wajib kecuali uji klinis selesai.
Salah satu ketua Uchitel, Marina Balouyeva, mengatakan petisi menentang vaksinasi wajib bagi guru lebih merupakan tindakan pencegahan.
Dia waspada terhadap Sputnik-V karena beberapa alasan. Pertama, secara umum diketahui kualitas vaksin Rusia lebih buruk dibandingkan produksi luar negeri.
Kedua, vaksin itu dibuat dengan kilat yang sudah menimbulkan kekhawatiran. Dia menilai vaksin itu dibuat dengan tergesa-gesa.
Terlepas dari janji dari pihak berwenang bahwa pengambilan vaksin akan bersifat sukarela, dia khawatir keadaan bisa berjalan berbeda dalam kenyataan, seperti yang sering terjadi di lembaga negara Rusia.
Balouyeva mengungkapkan belum ada laporan yang dibuat dari para guru yang mengatakan mereka dipaksa untuk divaksinasi. Namun, pengalaman sebelumnya menunjukkan ada masalah serupa.
Seorang guru dan anggota serikat guru di Moskow, Yuri Varlamov, juga memiliki pendapat yang serupa dan takut dengan vaksin Sputnik-V.
"Sebelum uji coba berakhir, mereka tidak dapat membuat (vaksinasi) wajib. Tapi saya tahu bahwa di beberapa sekolah dan badan negara bagian, orang membicarakan tentang status wajib vaksin ini pada akhir tahun ini," kata Varlamov.
Sejumlah dokter di negara itu memiliki pandangan lain terhadap upaya pemerintah Rusia yang terkesan terburu-buru melakukan vaksinasi.
Lihat juga:Polemik Vaksin Corona Rusia, Sputnik V |
Kritikus seperti Anastasia Vasilyeva, seorang dokter Rusia yang menjadi juru kampanye terkemuka dan sekutu pemimpin oposisi Rusia, Alexei Navalny, contohnya.
Dia mengatakan dorongan Rusia untuk melakukan vaksinasi Covid-19 akibat tekanan politik dari Kremlin, yang ingin mencitrakan Rusia sebagai kekuatan ilmiah global.
"Saya pikir ini untuk menunjukkan Rusia adalah negara yang sangat kuat, bahwa Putin adalah presiden yang sangat kuat," kata dia.
Rekan Anastasia yang bekerja sebagai ahli bedah membagikan cerita. Dia minta agar tidak disebutkan identitasnya kepada publik untuk menghindari dampak negatif di tempat kerja karena menolak vaksinasi Sputnik-V.
"Saya bukan spesialis vaksin. Jadi, saya menelepon dokter yang menangani vaksinasi, saya menelepon ahli imunologi. Mereka berkata, 'jangan lakukan itu, sama sekali, vaksinnya mentah," ungkapnya dokter itu.
Lebih lanjut dia melontarkan pertanyaan bagaimana organisasi kesehatan dunia seperti WHO atau organisasi Eropa disalip oleh Rusia terkait penemuan vaksin Covid-19.
Vaksin Sputnik-V dikembangkan oleh Institut Gamaleya yang berbasis di Moskow.
"Jelaskan kepada saya: bagaimana mungkin organisasi Eropa dan internasional yang begitu kuat tidak dapat melakukannya, tetapi Institut Gamaleya yang relatif kecil dapat melakukannya? Saya tidak dapat memahaminya," lanjut ahli bedah tersebut.
Dia tidak tahu kapan vaksin akan dikirim ke rumah sakitnya, tetapi mengatakan sangat sedikit rekannya yang berani menolaknya.
"Totalitarianisme tetap [di Rusia]. Dua sektor yang paling tidak berdaya adalah pendidikan dan perawatan kesehatan. Semuanya dilakukan dengan paksa di sini. Tahun lalu saya mendapat vaksinasi flu, semua orang diberitahu bahwa mereka perlu divaksinasi. Dan semua orang melakukannya, karena jika Anda menolak, akan ada ganjaran," imbuh dia.
Wali Kota Moskow, Sergey Sobyanin, dalam konferensi video dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, pada Jumat pekan lalu mengungkapkan bahwa dalam sebuah jajak pendapat, setengah dari warga Rusia meragukan vaksin tersebut.
Putin telah menyetujui penggunaan vaksin Sputnik-V. Dia mengklaim vaksin tersebut bekerja cukup efektif dalam membentuk kekebalan tubuh.
Pernyataan itu dia lontarkan di salah satu stasiun televisi swasta Rusia. Putin mengatakan bahwa putrinya baru saja disuntikkan vaksin tersebut.
Suhu tubuh putrinya saat baru menerima vaksin, kata Putin memang demam. Namun, kini kondisi anaknya sudah baik-baik saja dan merasa lebih sehat.
(ndn/ayp)