Presiden Taiwan Tsai Ing Wen mendesak kalangan internasional memerangi ekspansi China di kawasan. Tsai berkata bahwa kehadiran aliansi akan menjaga kebebasan, hak asasi manusia dan demokrasi di kawasan.
"Sudah waktunya bagi negara-negara yang berpikiran sama, dan teman-teman demokratis untuk mempertahankan tatanan strategis yang menghalangi tindakan agresif sepihak," kata Tsai dikutip dari AFP, Rabu (9/9).
Dia kemudian menekankan bahwa satu negara saja dapat menjaga perdamaian dan keamanan regional. Selain itu Tsai menyatakan bahwa Taiwan siap berada di garis depan dalam mempertahankan demokrasi dari agresi Negeri Tirai Bambu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Aliansi ini akan menjaga nilai-nilai yang paling kami hargai: kebebasan, keamanan, hak asasi manusia dan demokrasi," ucap Tsai.
China menganggap Taiwan sebagai wilayahnya dan berjanji untuk merebut, bahkan dengan kekerasan jika perlu.
Sementara Tsai menyebut Taiwan adalah negara yang berdaulat de facto dan menolak deklarasi kemerdekaan resmi apa pun, tindakan yang telah lama diperingatkan oleh Beijing dapat memicu perang.
China telah meningkatkan tekanan terhadap Taiwan sejak Tsai berkuasa pada 2016, karena dia menolak untuk mengakui pulau itu bagian dari satu China.
Bulan lalu militer China menembakkan rudal ke Laut China Selatan yang disengketakan oleh Taiwan dan sejumlah negara lain.
Jet China terbang ke Taiwan hampir setiap hari pada bulan Juni. Angkatan Udara China juga mengerahkan jet tempur untuk terbang secara singkat di garis tengah Selat Taiwan, di tengah kunjungan Menteri Kesehatan Amerika Serikat, Alex Azar, pada awal Agustus.
China marah atas setiap langkah pemerintah asing untuk mengakui atau melakukan pembicaraan resmi dengan Taipei termasuk dengan kunjungan Menkes AS. Tiongkok turut mengecam kunjungan Presiden Senat Republik Ceko Milos Vystrcil ke Taiwan, akhir Agustus lalu.
(ndn/dea)