Pemerintah Armenia mengklaim sebuah pesawat tempur mereka jenis Sukhoi Su-25 ditembak jatuh oleh jet tempur F-16 milik Turki, terkait konflik di kawasan Nagorno-Karabakh.
Akan tetapi, Turki yang merupakan sekutu Azerbaijan membantah tuduhan itu.
Seperti dilansir Associated Press, Rabu (30/9), Armenia menyatakan pilot yang mengemudikan jet tempur itu tewas dalam insiden tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Direktur Komunikasi Kepresiden Turki, Fahrettin Altun, membantah klaim Armenia. Sedangkan pemerintah Azerbaijan menyatakan klaim Armenia hanya khayalan untuk dijadikan propaganda.
Menurut pemerintah Azerbaijan, militer Armenia membombardir wilayah Dashkesan dengan tembakan meriam. Sedangkan pemerintah Armenia menuduh pasukan Azerbaijan menembaki tentara mereka di kota Vardenis, serta membakar sebuah bus umum hingga menewaskan satu orang.
Sejak peperangan antara kedua negara meletup pada 27 September di kawasan Nagorno-Karabakh, tercatat puluhan orang, tentara dan sipil, meninggal.
![]() |
Turki yang merupakan sekutu Azerbaijan dilaporkan mengerahkan sejumlah persenjataan. Bahkan, mereka dilaporkan mengirim sejumlah milisi yang bertempur di Suriah untuk membantu Azerbaijan.
Sementara Rusia yang mendukung Armenia dilaporkan mengirim tiga pesawat tempur tanpa identitas untuk membantu sekutunya itu.
Sengketa wilayah itu terjadi sejak 1994. Saat itu pasukan pemberontak yang didukung Armenia menduduki Nagorno-Karabakh dan mendeklarasikan pemerintahan mandiri, tetapi tidak diakui dunia. Hal itu terjadi setelah Uni Soviet runtuh pada 1991, di mana Azerbaijan pernah menjadi bagiannya.
Nagorno-Karabakh terletak di Pegunungan Kaukasus seluas 4.400 kilometer persegi. Wilayah itu berjarak 50 kilometer dari perbatasan Armenia.
Lihat juga:Jejak Konflik Panjang Armenia-Azerbaijan |
Pasukan pro-Armenia yang berada di Nagorno-Karabakh juga dilaporkan menduduki sejumlah wilayah Azerbaijan.
Proses perdamaian Armenia dan Azerbaijan terkait konflik Nagorno-Karabakh ditengahi oleh Rusia, Prancis dan Amerika Serikat. Ketiganya membentuk Kelompok Minsk untuk menjadi penengah sengketa.
(associated press/ayp)