Uni Eropa Didesak Sanksi Rusia atas Dugaan Navalny Diracun

CNN Indonesia
Minggu, 04 Okt 2020 16:28 WIB
Jerman mendesak Uni Eropa menjatuhkan sanksi terhadap Rusia atas dugaan keracunan Alexei Navalny, Pemimpin Oposisi Kremlin.
Jerman mendesak Uni Eropa menjatuhkan sanksi terhadap Rusia atas dugaan keracunan Alexei Navalny, Pemimpin Oposisi Kremlin. (AP/Pavel Golovkin).
Jakarta, CNN Indonesia --

Jerman menyerukan Uni Eropa (UE) menjatuhkan sanksi terhadap Rusia atas dugaan keracunan yang menimpa Pemimpin Oposisi Kremlin, Alexei Navalny.
 
"Saya yakin tidak akan ada lagi sanksi," kata Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas, kepada t-online dalam sebuah wawancara, Sabtu (3/10).
 
"Sanksi harus selalu tepat sasaran dan proporsional. Tapi, pelanggaran berat terhadap Konvensi Senjata Kimia Internasional tidak dapat dibiarkan begitu saja. Dalam hal ini, kami bersatu di Eropa," tambahnya, seperti dikutip dari The Hill.

Saat ini, Jerman menjabat sebagai presiden UE. Para pemimpin UE diharapkan mengumumkan tanggapan mereka terhadap kasus keracunan tersebut pada pertemuan puncak berikutnya yang dimulai 15 Oktober mendatang. Kasus itu diyakini terjadi atas perintah Moskow.

 "Jika hasil laboratorium Jerman, Swedia, dan Prancis telah dikonfirmasi, maka akan ada tanggapan jelas dari UE. Saya yakin tentang itu," kata Maas.
 
Kritikus Kremlin, Alexei Navalny pertama kali jatuh sakit pada Agustus lalu setelah ia diyakini meminum teh yang sudah dicampur racun. Penggunaan racun kerap digunakan di masa lalu oleh pemerintah Presiden Rusia Vladimir Putin untuk melawan kritik vokal.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Awalnya, Kremlin melarang Navalny meninggalkan Rusia. Namun, akhirnya Kremlin menyerah pada tekanan internasional dan mengizinkannya menerima perawatan di Berlin.

Navalny diracuni dengan zat saraf Novichok dan kini ia sudah keluar dari rumah sakit. Sebelumnya, zat itu juga pernah digunakan dalam percobaan pembunuhan mantan mata-mata Rusia di Inggris dan juga diyakini di bawah perintah Moskow.
 
Kasus Navalny menuai kecaman di seluruh negara Barat, termasuk dari beberapa anggota parlemen di Washington.

(ans/bir)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER