Kementerian Luar Negeri Rusia menyebut milisi Suriah dan Libya telah dikerahkan ke medan pertempuran Armenia dan Azerbaijan di Nagorny-Karabakh.
"Kelompok milisi bersenjata ilegal termasuk dari Suriah dan Libya dikerahkan ke zona konflik Nagorny Karabakh untuk ambil bagian secara langsung dalam pertempuran," kata Kementerian Luar Negeri Rusia dilansir dari AFP, Kamis (1/10).
Rusia khawatir dikerahkannya milisi dari Suriah dan Libya maka perang bisa melebar menjadi konflik berkepanjangan antar negara di kawasan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami sangat khawatir dengan proses ini yang tidak hanya meningkatkan ketegangan di zona konflik. Tetapi juga menciptakan ancaman keamanan jangka panjang bagi semua negara di kawasan itu," ucap Kemlu Rusia.
Pasukan Armenia dan Azerbaijan terlibat dalam pertempuran selama bertahun-tahun di Nagorny-Karabakh.
Wilayah tersebut awalnya bagian dari negara Azerbaijan, namun memisahkan diri dan menjadi wilayah sendiri pada 1990-an. Kini pemerintahannya dijalankan oleh orang beretnis Armenia.
Terbaru perang kembali pecah pada Sabtu (26/9) lalu. Armenia menuduh Turki membantu Azerbaijan dalam peperangan tersebut.
Pernyataan Kementerian Luar Negeri Rusia tidak mengungkapkan negara mana saja yang mengambil peranan dalam konflik ini. Namun telah meminta negara-negara berkepentingan untuk mengambil langkah.
Lihat juga:Iran Bantah Tuduhan Kirim Senjata ke Armenia |
"Kepemimpinan negara-negara yang berkepentingan mengambil langkah untuk mencegah teroris asing dan tentara bayaran terlibat dalam konflik tersebut," kata Kemlu Rusia.
Perang di wilayah sengketa masih berlangsung hingga hari ini. Negara-negara di dunia yang telah menyerukan Azerbaijan dan Armenia untuk menghentikan peperangan.
Sayang imbauan itu tidak digubris kedua negara. Mereka tidak ada niatan untuk melakukan pembicaraan damai, malah saling tuding sebagai pihak yang menghalang-halangi negosiasi atas wilayah sengketa.
Presiden Azerbaijan Ilkham Aliyev mengatakan kepada saluran TV Rusia, Rossia 1 bahwa negaranya berkomitmen untuk merundingkan resolusi tetapi Armenia menghalangi proses tersebut.
"Perdana Menteri Armenia secara terbuka menyatakan bahwa Karabakh adalah (bagian dari) Armenia, titik. Dalam hal ini, proses negosiasi seperti apa yang dapat kita bicarakan," kata Aliev dilansir dari Associated Press.
Sementara itu, Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan mengatakan sangat sulit untuk berbicara tentang negosiasi ketika operasi militer sedang berlangsung di wilayah tersebut.
Dia meminta Azerbaijan untuk segera mengakhiri agresi terhadap Nagorno-Karabakh dan Armenia. Ia pun menganggap serangan yang dilakukan Azerbaijan
sebagai ancaman eksistensial bagi Armenia.
Pemerintah Armenia mengklaim sebuah pesawat tempur mereka jenis Sukhoi Su-25 ditembak jatuh oleh jet tempur F-16 milik Turki. Namun Turki yang merupakan sekutu Azerbaijan membantah tuduhan itu.
Turki-Rusia memang terkenal sebagai dua negara besar yang kerap menengahi konflik antara Azerbaijan dan Armenia. Kedua negara mencoba menengahi konflik Armenia-Azerbaijan pada Juli lalu.
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyerukan pembicaraan damai untuk mengakhiri bentrokan antara Armenia dan Azerbaijan. Mereka membahas masalah itu melalui sambungan telepon yang diprakarsai oleh Turki.
Hingga Selasa, jumlah korban tewas mencapai 98 orang, termasuk 84 pejuang separatis dan 14 warga sipil. Tapi masing-masing pihak mengklaim telah membunuh ratusan pasukan musuh.
(ndn/dea)