Turki mengecam keputusan Kanada yang menangguhkan ekspor senjata karena dugaan keterlibatan dalam perang Armenia dan Azerbaijan. Ankara menuduh Ottawa melakukan 'standar ganda'.
"Kami berharap Kanada menjalankan kebijakan yang jauh dari standar ganda dan bertindak tanpa pengaruh dari kalangan anti-Turki di negara itu," kata Kementerian Luar Negeri Turki dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari AFP.
"Jika Kanada tidak melihat kerugian dalam mengekspor senjata ke negara-negara yang secara militer terlibat dalam krisis Yaman dan menyajikan penjualan sebagai kontribusi untuk keamanan regional, maka tidak ada penjelasan lain atas pencegahan ekspor senjata ke sekutu NATO-nya," tambah pernyataan itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Turki secara terbuka menyatakan dukungan terhadap sekutu lamanya, Azerbaijan dalam pertempuran memperebutkan Nagorno-Karabakh, provinsi etnis Armenia yang memisahkan diri dari Azerbaijan dalam perang sengit pada 1990-an.
Namun Ankara menampik isu yang menyebut adanya keterlibatan pasukan mereka untuk mendukung kekuatan militer Azerbaijan.
Dalam konferensi pers pada Jumat (2/10) lalu, Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu mengatakan Azerbaijan tidak meminta bantuan militer dari Turki atas konflik di Karabakh. Namun Cavusoglu menyatakan pihaknya siap memberikan dukungan kepada Baku.
Rencananya, Cavusoglu akan mengunjungi Azerbaijan pada Selasa (6/10) untuk membicarakan konflik yang memanas di Nagorno-Karabakh. Dalam kunjungan itu, ia diagendakan bertemu dengan Presiden Ilham Aliyev.
Kunjungan itu dilakukan sehari setelah Rusia, Amerika Serikat dan Prancis meminta Armenia dan Azerbaijan untuk menyetujui "gencatan senjata tanpa syarat" setelah ekskalasi antara kedua pihak terus terjadi di wilayah yang disengketakan.
Nagorno-Karabakh adalah sebuah provinsi etnis Armenia yang memisahkan diri dari Azerbaijan pada 1990-an selama runtuhnya Uni Soviet. Pada 1992-1994, ketegangan memuncak dan meledak menjadi aksi militer skala besar. Pembicaraan penyelesaian damai telah berlangsung sejak 1992 di bawah OSCE Minsk Group yang dipimpin oleh Rusia, Prancis, dan Amerika Serikat.
(ans/evn)