Uni Eropa Resmi Sanksi 6 Pejabat Rusia Diduga Racuni Oposisi

CNN Indonesia
Kamis, 15 Okt 2020 19:07 WIB
Uni Eropa resmi menjatuhkan sanksi kepada enam pejabat Rusia dan satu lembaga terkait kasus dugaan meracuni pemimpin oposisi, Alexei Navalny.
Pemimpin oposisi Rusia, Alexei Navalny. Uni Eropa resmi menjatuhkan sanksi kepada enam pejabat Rusia dan satu lembaga terkait kasus dugaan meracuni Navalny. (AFP/YURI KADOBNOV)
Jakarta, CNN Indonesia --

Uni Eropa resmi menjatuhkan sanksi kepada enam pejabat Rusia dan satu lembaga terkait kasus dugaan meracuni pemimpin oposisi, Alexei Navalny, menggunakan racun saraf yang dibuat di era Uni Soviet.

Keputusan itu disetujui oleh 27 perwakilan negara-negara anggota Uni Eropa di Brussels, Belgia.

"Kebijakan larangan yang diambil termasuk larangan bepergian ke negara-negara anggota Uni Eropa dan membekukan aset bagi individu dan lembaga," demikian isi pernyataan Uni Eropa, seperti dilansir Associated Press, Kamis (15/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para pejabat Rusia yang disanksi oleh Uni Eropa itu adalah dua pejabat di kantor kepresidenan, direktur Badan Intelijen Rusia (FSB), dan dua wakil menteri di Kementerian Pertahanan. Satu orang lagi belum diketahui jabatannya.

Selain itu, sanksi Uni Eropa juga ditujukan kepada Institut Penelitian Sains Kimia Organik dan Teknologi.

Pada Rabu (14/10) kemarin, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, menyatakan akan mengambil tindakan balasan jika sanksi itu dijatuhkan.

"Kami mungkin akan berhenti berdialog dengan Blok Barat untuk beberapa waktu, terutama mereka yang bertanggung jawab atas kebijakan luar negeri dan tidak memahami pentingnya dialog yang saling menghormati," kata Lavrov.

Di sisi lain, Kepala Urusan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell, berharap mereka tetap bisa berdialog dengan Rusia dan kedua belah pihak tetap melanjutkan kerja sama yang saling menguntungkan.

Langkah penjatuhan sanksi ini terjadi setelah lembaga pengawas senjata kimia Perserikatan Bangsa-Bangsa (OPCW) mengkonfirmasi temuan Jerman, Prancis dan Swedia bahwa Navalny diracun menggunakan zat saraf dari kelompok Novichok. Racun itu digunakan untuk keperluan militer dan dikembangkan di era Uni Soviet.

Infografis Jalan Berliku Alexei Navalny Hadapi Rezim Rusia

Racun dari kelompok yang sama juga terdeteksi digunakan untuk menyerang mantan mata-mata Rusia, Sergei Skripal, dan putrinya, Yulia, di Salisbury, Inggris, pada 2018 lalu.

Navalny adalah tokoh oposisi yang gencar mengkritik Presiden Rusia, Vladimir Putin. Dia sudah beberapa kali ditangkap dan diserang.

(ayp/ayp)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER