Selandia Baru akan menggelar pemilihan umum dan referendum pada Sabtu (17/10), dengan dua kandidat perdana menteri yang diunggulkan, yaitu petahana Jacinda Ardern dan Judith Collins.
Kedua politikus itu memiliki latar belakang berbeda. Ardern yang berusia 40 tahun adalah Ketua Partai Buruh yang beraliran liberal.
Sedangkan Collins yang berusia 63 tahun adalah politikus senior yang memimpin Partai Nasional beraliran konservatif poros tengah-kanan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti dilansir CNN, Jumat (16/10), Ardern sampai saat ini memang masih unggul dalam hasil survei. Dia saat ini menjalin koalisi dengan Partai Hijau yang beraliran kiri.
Pamor politik Ardern meroket setelah dia dinilai sigap menetapkan kebijakan pencegahan untuk menangkal penyebaran virus corona. Dia menerapkan penguncian wilayah (lockdown) secara nasional.
Kebijakan itu dinilai efektif karena berhasil menekan penyebaran kasus virus corona, dengan 25 pasien meninggal.
Akibat hal itu juga, pemerintah setempat memutuskan menggelar pemungutan suara secara bertahap, yang sudah diikuti oleh sekitar 1.6 juta pemilih termasuk Ardern dan Collins.
Dalam kampanye, Ardern menyatakan jika partainya mendapat suara mayoritas di parlemen, dia menjanjikan akan menjaga pemerintahan tetap kuat di masa pandemi, dan berusaha menangani resesi secepatnya.
Dia juga mencitrakan dirinya untuk tidak melakukan politik kotor dan manusia yang penyayang. Pamornya semakin melejit ketika dia menampilkan sikap mengayomi saat insiden teror penembakan terhadap jemaah di dua masjid di Christchurch, yang merenggut nyawa 51 orang.
![]() |
Sementara itu, citra Collins berbanding terbalik dengan Ardern. Dia mencitrakan diri sebagai politikus Nasrani yang taat dan tegas. Akan tetapi, gerak-geriknya juga membuat dia terbelit skandal.
Dia mundur dari posisi Menteri Hukum pada 2014 akibat dituduh menjelek-jelekkan bawahannya yang kemudian menjadi direktur Badan Kejahatan Serius (SFO). Namun, penyelidikan kasus itu ditutup oleh pemerintah.
Collins juga dituduh memiliki konflik kepentingan setelah mengunjungi kantor pusat perusahaan peternakan Oravida di Shanghai, China, menggunakan anggaran dinas. Sebab, suami Collins adalah salah satu direktur di perusahaan itu.
Meski begitu, Collins dikenal sebagai politikus yang tidak mau memberikan toleransi terhadap kasus kejahatan hingga balapan liar di jalan raya. Karena sikapnya itu membuat dia dijuluki "Si Penghancur".
Karena sikapnya, Collins diberi jabatan yang tidak jauh-jauh dari urusan hukum, yakni sebagai Menteri Kepolisian, Menteri Lapas dan Menteri Hukum.
![]() |
Meski Ardern berada di atas angin, tetapi masyarakat Selandia Baru menuntut dia mengentaskan permasalahan lain. Di antaranya soal ketidaksetaraan, kemiskinan, perubahan iklim dan tingginya harga properti.
Collins juga tidak akan mudah menyerah meski dari hasil jajak pendapat dia tidak diunggulkan. Sebab, dia telah malang melintang di panggung politik Negeri Kiwi selama 18 tahun.
Tiga perempuan, termasuk Ardern, sudah pernah menjabat menjadi perdana menteri Selandia Baru. Dan ini adalah kedua kalinya dua pemimpin partai utama di negara itu merupakan wanita.
Pada 1997, Jenny Shipley dari Partai Nasional terpilih menjadi perdana menteri Selandia Baru. Dua tahun kemudian, dia bersaing dengan Helen Clark dari Partai Buruh, tetapi kalah.
(ayp/ayp)