Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan Eropa akan peluang "ledakan" kasus Covid-19 di benua tersebut sekaligus angka kematian yang berpotensi meninggi.
"Kami melihat sebuah ledakan.. dalam artian hanya perlu beberapa hari untuk memiliki peningkatan satu juta kasus di kawasan Eropa," kata Direktur WHO untuk Eropa, Hans Kluge kepada AFP, Kamis (5/11).
Sementara rasio kematian bisa terus bertambah "sedikit demi sedikit", Kluge mengingatkan bahwa menutup sekolah harus dilihat sebagai upaya terakhir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita perlu menjaga sekolah tetap buka hingga akhir, karena kita tak mampu membayar generasi yang hilang karena Covid-19," kata Kluge.
Meski begitu, direktur regional tersebut juga menyebut bahwa "status quo bukanlah pilihan", dan menyerukan "tindakan bertarget yang proporsional" bisa ditingkatkan.
Kluge menekankan pemerintah di Eropa harus mempertimbangkan dua hal: "koherensi, sehingga orang melihat bahwa kita tidak plin-plan.. prediksi, sehingga masyarakat tahu bila ambang batas ini tercapai, apa yang akan terjadi,"
Dia juga meminta penyebaran lebih luas atas penggunaan masker wajah.
"Dengan mengenakan masker biasa dan kendali yang ketat atas berbagai pertemuan dengan banyak orang, kita bisa menyelamatkan 266 ribu nyawa pada Februari di seluruh wilayah Eropa," kata Kluge.
Sementara itu, warga di berbagai kota di Italia mengajukan protes rencana pemberlakuan penguncian wilayah (lockdown) untuk mencegah penularan virus corona mulai Kamis (5/11) hingga Desember.
Presiden Lombardy, Attilio Fontana mengatakan jika pemberlakuan lockdown sebagai sebuah tamparan keras bagi bisnis dan kehidupan warga.
"Itu [lockdown] merupakan tamparan bagi wajah Lombardy," kata Fontana.
Seorang penata rambut di Milan, Francesco Puccio turut mengungkapkan kekesalannya. Ia mengatakan aturan itu membuat jalanan sepi, para pelanggan takut datang ke tempatnya.
(afp/end)