Kondisi pandemi yang menyelimuti India telah merusak kesenangan akan hari raya terbesar umat Hindu yang biasanya diselenggarakan tahunan di negara tersebut, festival cahaya alias Diwali.
Bukan hanya karena pandemi yang memaksa penerapan protokol kesehatan dan menjadi 'kabut' atas perayaan tersebut, pesta tahunan itu juga dirusak oleh pencemaran udara yang masih tinggi.
Meski begitu, keramaian masih ada di sejumlah titik. Pasar tetap ramai dan kemacetan masih terjadi di sana-sini. Sejumlah warga pun masih menyalakan kembang api meski ada larangan karena masalah pencemaran udara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, dengan 8,7 juta kasus, India menjadi negara dengan kasus Covid-19 kedua tertinggi di dunia setelah Amerika Serikat.
Sekitar 130 ribu orang telah meninggal sejak Februari lalu dan Delhi kini mengalami lonjakan baru dengan nyaris 8 ribu kasus baru dalam sehari.
Para ahli pun menyebut perayaan Diwali yang tetap ramai sebagai penyebab lonjakan tersebut.
Kondisi yang jauh dari gambaran pandemi itu dirasakan oleh Rahun Randhawa.
Insinyur 27 tahun tersebut kembali ke India dari Amerika Serikat dan mengharapkan suasana Diwali yang lebih kalem dibanding biasanya, namun yang terjadi justru jauh dari perkiraan.
"Ada kemacetan besar di jalanan.. dan ada kerumunan besar di pasar," kata Randhawa.
Akan tetapi kerumunan juga tak terjadi di semua sisi. India memberlakukan tak boleh ada kerumunan di acara olahraga. Bioskop memang tetap buka, namun sepi penonton. Restoran pun berjuang keras membuat pengunjung datang.
Kondisi jauh dari ramai juga dirasakan oleh Mahinder Kumar yang biasa berjualan bunga di kuil Jhandewala. Kuil tersebut adalah salah satu yang tertua di Delhi.
![]() |
Biasanya, antrean peziarah ramai membeli bunga dan kuil itu kala Diwali. "Tahun ini tak ada, hampir kosong. Bisnis kami terdampak parah. Kami amat sulit menjual bunga pada tahun ini," katanya.
Pada momen delapan pekan hingga perayaan puncak Diwali biasanya jadi kesempatan emas para pedagang mencetak cuan. Kala itu, mereka bisa mencetak penjualan hingga 40 persen dari total perdagangan dalam setahun.
Momen itu pula yang dianggap sebagai waktu yang menguntungkan untuk membeli emas di pasar atau toko. Namun hal itu agak berbeda pada tahun ini.
Tahun ini, Vineet Garg yang memiliki toko emas di Connaught Place justru memilih mematikan lampu di tokonya.
"Buang-buang listrik dengan menyalakan lampu," katanya. "Orang tidak membeli di toko. Bisnis yang saya lakukan saat ini melalui online. Mereka terlalu khawatir untuk keluar,"
Di Mumbai, pasar ramai dengan pembeli yang membeli lampu dan makanan. Namun pemilik toko justru mengatakan penjualan tidak lebih baik dari rata-rata harian.
"Diwali yang payah," kata Raju Harijan yang menjual makanan. "Biasanya setiap tahun, penjualan selalu mencapai puncak. Namun kali ini, bertahan aja sulit,"
Seorang pegawai bank, Sonam Choudhary juga mengatakan Diwali tahun ini berbeda dibanding tahun sebelumnya.
Ia menyadari masyarakat "takut" akan Covid-19 dan "mengadaptasi kenormalan yang baru". Ia pun mengatakan banyak keluarga merayakan Diwali dengan "segala pembatasan".
![]() |
Sementara itu, Perdana Menteri Narendra Modi, Presiden terpilih AS Joe Biden dan wakilnya Kamala Harris yang keturunan India, menjadi salah satu di antara pemimpin dunia yang mengucapkan selamat terkait hari raya Diwali.
"Semoga semua orang sejahtera dan sehat," kata Modi lewat kicauan di Twitter.
AFP melaporkan pemerintah setempat sedang berjuang memulai ekonomi yang diprediksi akan menyusut hampir 10 persen tahun ini karena pandemi. Jutaan orang di penjuru India pun kehilangan pekerjaan mereka karena pandemi.
(afp/end)