Seorang teman dekat jurnalis Washington Post, Jamal Khashoggi mengatakan kepada pengadilan Turki jika sebelum diketahui tewas ia sempat merasa terancam oleh orang-orang dekat Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS).
Ayman Nour, seorang pembangkang politik Mesir sekaligus teman lama Khashoggi mengatakan kepada pengadilan bahwa Khashoggi bercerita jika ia diancam secara pribadi oleh raja media kerajaan, Saud al-Qahtani.
"Jamal mengatakan dia telah diancam oleh Qahtani dan keluarganya," kata Nour di pengadilan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara terpisah, Rebecca Vincent dari Reporters Without Borders (RSF) juga mencuit pernyataan Nour dari ruang sidang.
"Nour mengatakan Khashoggi telah melaporkan (bahwa ia) diancam oleh Saud al-Qahtani sejak 2016," cuitnya.
"Khashoggi berbicara tentang panggilan telepon dari Qahtani ketika dia tinggal di Washington DC, (Qahtani) mengatakan dia mengenal anak-anaknya dan di mana mereka tinggal. Nour mengatakan Khashoggi menangis, yang tidak biasa, dan mengatakan dia takut," tambahnya.
Tunangan Khashoggi, Hatice Cengiz juga menghadiri sidang tersebut yang ditunda hingga 4 Maret.
Khashoggi (59) tewas setelah dicekik dan dimutilasi di konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober 2018 saat sedang mengambil dokumen pernikahannya dengan tunangannya, Cengiz.
Pembunuhan itu memicu kecaman internasional dan mencoreng reputasi Arab Saudi sekaligus MBS selaku putra mahkota.
Dilansir AFP, pengadilan utama di Istanbul menggelar sidang kedua pada Selasa (24/11) dalam persidangan in absentia terhadap 26 tersangka warga Saudi atas pembunuhan Khashoggi (59), termasuk dua mantan asisten putra mahkota.
Pengadilan Turki diadakan secara terpisah dari pengadilan Saudi yang membatalkan lima hukuman mati dan dikeluarkan setelah sidang tertutup pada September.
Pengadilan Riyadh malah memenjarakan delapan orang tak dikenal dengan hukuman mulai dari tujuh hingga 20 tahun. Amnesti Internasional dan RSF menyebut vonis tersebut sebagai "parodi keadilan".
Jaksa Turki menuduh mantan wakil kepala intelijen Saudi, Ahmed al-Assiri dan raja media kerajaan, Saud al-Qahtani mengatur pembunuhan dan memberikan perintah langsung kepada tim eksekutor Saudi.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan perintah untuk membunuh Khashoggi datang dari "tingkat tertinggi" pemerintah Saudi, tapi ia tidak pernah secara langsung menyalahkan MBS.
Hubungan antar kedua negara pun sempat rusak setelah kematian Khashoggi. Tapi pada malam KTT G20 virtual yang digelar oleh Arab Saudi akhir pekan lalu, Erdogan telah membahas peningkatan hubungan dengan Raja Salman.
(ans/evn)