Iran didesak untuk menyerang kota pelabuhan Haifa di Israel menyusul kematian ilmuwan nuklir, Mohsen Fakhrizadeh pada Jumat (27/11).
Hal itu diungkapkan dalam sebuah tajuk opini yang diterbitkan pada Minggu (29/11) oleh surat kabar garis keras Iran, Kayhan.
Meskipun Kayhan sudah sejak lama memperdebatkan pembalasan agresif atas berbagai operasi militer yang menargetkan Iran, tapi potongan opini yang diterbitkan pada Minggu mengisyaratkan langkah yang lebih jauh. Opini tersebut menyarankan sebuah serangan yang bisa menghancurkan fasilitas dan menelan "banyak korban jiwa".
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejauh ini Iran menuding Israel sebagai dalang di balik serangan yang mematikan Mohsen, kendati belum ada komentar atau klaim atas aksi itu. Mohsen dan pengawalnya disebut-sebut ditembak dalam sebuah penyergapan gaya militer pada Jumat di pinggiran Teheran.
Dilansir Associated Press, badan intelijen Amerika Serikat dan inspektur nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan program nuklir militer terorganisir yang diawasi Mohsen telah dibubarkan pada 2003.
Namun Israel tetap berkeras jika Iran masih mempertahankan ambisi untuk mengembangkan senjata nuklirnya.
Dalam sebuah artikel yang ditulis oleh analis Iran, Sadollah Zarei yang diterbitkan oleh Kayhan, Zarei berpendapat bahwa tanggapan Iran sebelumnya terhadap dugaan serangan udara Israel yang menewaskan pasukan Pengawal Revolusi di Suriah tidak cukup untuk menghalangi Israel.
Dia mengatakan serangan terhadap Haifa harus lebih besar dari serangan rudal balistik Iran terhadap pasukan AS di Irak, menyusul serangan pesawat tak berawak AS di Baghdad yang menewaskan jenderal top Iran, Qasem Soleimani pada Januari.
Zarei menulis, menyerang kota Haifa Israel dan membunuh sejumlah besar orang "pasti akan mengarah pada pencegahan, karena AS dan rezim Israel beserta agennya sama sekali tidak siap untuk ambil bagian dalam perang dan konfrontasi militer"
Meskipun Kayhan hanyalah surat kabar dengan sirkulasi kecil, tapi pemimpin redaksinya, Hossein Shariatmadari telah ditunjuk oleh Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei sebagai penasihatnya di masa lalu.
Haifa merupakan kota terbesar ketiga di Israel sekaligus rumah bagi pelabuhan utama dan pembangkit listrik negara itu. Serangan semacam itu kemungkinan besar akan menarik Israel untuk melancarkan pembalasan langsung dan memicu konflik yang lebih luas di Timur Tengah.
Pejabat Israel tetap bungkam atas kematian Mohsen. Tapi Komandan Israel, Letnan Gen Aviv Kohavi telah melakukan perjalanan ke Israel utara sebagai bentuk kunjungan rutin.
Awal bulan ini, pesawat tempur Israel menyerang fasilitas Iran di Suriah setelah Israel menemukan bom pinggir jalan yang disebut-sebut ditanam atas komando dari Iran.
"Saya datang ke sini untuk mengevaluasi keadaan keamanan saat ini, dengan penekanan pada kubu Iran di Suriah. Pesan kami jelas: Kami akan terus bertindak sekuat yang diperlukan melawan kubu Iran di Suriah, dan kami akan tetap siap sepenuhnya menghadapi setiap manifestasi agresi terhadap kami," kata Kohavi.
Sementara itu, parlemen Iran pada Minggu mengadakan sidang tertutup atas pembunuhan Mohsen. Ketua parlemen Mohammad Baqer Ghalibaf mengatakan musuh Iran harus dibuat menyesal karena telah membunuhnya.
"Musuh kriminal tidak menyesal kecuali dengan reaksi yang keras," ujarnya dalam siaran radio pemerintah Iran.
Kemudian terdengar para anggota parlemen meneriakkan "Matilah Amerika!" dan "Matilah Israel!".
Mohsen memimpin program AMAD Iran, tapi Israel dan negara Barat menduga program itu sebagai operasi militer untuk membangun senjata nuklir Iran.
(ans/evn)