Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan kemajuan dalam pemberantasan malaria telah terhenti dalam beberapa tahun terakhir. Pihaknya memperkirakan lebih dari 400 ribu orang meninggal akibat penyakit itu pada tahun lalu.
Dalam Laporan Malaria Dunia 2020, WHO mengatakan kemajuan terhadap pemberantasan malaria tidak berubah, terutama di negara-negara Afrika yang menanggung beban kasus dan kematian tertinggi akibat penyakit tersebut.
Pada 2019, jumlah kasus malaria global diperkirakan mencapai 229 juta, jumlah ini berada di level yang sama selama empat tahun terakhir. Sementara itu, jumlah korban jiwa yang pernah turun dengan cepat secara efektif telah terhenti dalam dua tahun terakhir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah kasus menurun dari 736 ribu pada 2000, malaria merenggut nyawa sekitar 411 ribu orang pada 2018 dan 409 ribu orang pada 2019.
"Diperlukan penargetan intervensi yang lebih baik, alat baru, dan peningkatan pendanaan untuk mengubah lintasan global dari penyakit ini dan mencapai target yang disepakati secara internasional," tulis WHO dalam laporannya.
"Kekurangan dana telah menyebabkan kesenjangan kritis dalam akses ke alat pengendalian malaria yang terbukti," tambahnya.
Dilansir AFP, lebih dari 90 persen malaria menjangkiti Afrika. Benua itu menyumbang sekitar 384 ribu kematian akibat penyakit tersebut pada tahun lalu.
"Sudah waktunya bagi para pemimpin di seluruh Afrika dan dunia untuk bangkit sekali lagi menghadapi tantangan malaria," kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.
"Melalui aksi bersama dan komitmen untuk tidak meninggalkan siapa pun, kami dapat mencapai visi bersama kami tentang dunia yang bebas malaria," sambungnya.
Pada 2019, empat negara menyumbang hampir setengah dari semua kasus malaria secara global. Jika dirinci, Nigeria menyumbang 27 persen, Kongo dengan 12 persen, Uganda sebesar lima persen, dan Mozambik dengan empat persen.
Kendati demikian, laporan WHO menyebutkan terdapat 21 negara yang telah memberantas malaria selama dua dekade terakhir.
Di luar Afrika, disebutkan bahwa India terus membuat kemajuan yang mengesankan selama dua tahun terakhir dengan penurunan kasus sebesar 18 persen dan penurunan kematian sebesar 20 persen.
Terlepas dari ancaman resistensi obat anti-malaria yang sedang berlangsung, enam negara dari subkawasan Mekong Raya di Asia Tenggara juga membuat keuntungan besar menuju tujuan penghapusan malaria pada 2030.
Jumlah kasus malaria yang dilaporkan di subkawasan tersebut turun 90 persen dari 2000 hingga 2019.
(ans/evn)