Seorang pejabat tinggi Iran, Ali Akbar Velayati, mengecam keputusan Maroko melakukan normalisasi hubungan dengan Israel, dan menyebut keputusan itu sama saja mengkhianati Islam.
"Kesepakatan antara Amerika Serikat, Maroko dan rezim Zionis dilakukan karena Maroko mengkhianati Islam dan Palestina, menjual kehormatan Muslim kepada Zionis dunia," kata Velayati dalam keterangan pers, seperti dilansir Middle East Eye, Minggu (13/12).
Velayati yang merupakan penasihat Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatullah Ali Khamenei, juga mengecam keputusan yang sama yang dilakukan oleh Bahrain, Uni Emirat Arab (UEA) dan Sudan. Dia mengatakan rakyat di keempat negara itu akan bangkit melawan pemerintah yang otoriter, tidak mandiri dan menindas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Velayati tidak mengherankan Maroko mengakui kedaulatan Israel, karena di masa lalu kedua negara mempunyai kantor penghubung.
Kesepakatan normalisasi antara Maroko dan Israel pertama kali disampaikan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Sebagai gantinya, dia menyatakan mengakui kedaulatan Maroko terhadap wilayah Sahara Barat yang menjadi sengketa.
Klaim AS itu memicu amarah Front Polisario yang menguasai seperlima kawasan gurun itu.
Maroko juga memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran pada 2018. Mereka menuduh Iran mendukung Front Polisario yang menginginkan kemerdekaan Sahara Barat, tetapi langsung dibantah.
Trump nampak ingin mensukseskan agenda politik luar negeri AS di kawasan Timur Tengah, khususnya terkait dukungan terhadap Israel. Mereka memberi iming-iming kerja sama ekonomi hingga militer bagi negara-negara yang mau melakukan normalisasi dengan Israel.
Hal ini juga menjadi tekanan bagi Palestina yang posisinya kian terjepit jika negara-negara di Jazirah Arab memutuskan menjalin hubungan dengan Israel. Peluang mereka untuk berunding secara adil dan setara dengan Israel untuk memperoleh kemerdekaan bakal semakin sempit.
Secara terpisah, Oman memuji keputusan Maroko melakukan normalisasi dengan Israel.
Kementerian Luar Negeri Oman menyatakan harapan perjanjian itu akan membawa perdamaian yang abadi di kawasan Timur Tengah.
Oman juga disebut-sebut sebagai negara di kawasan itu yang sebentar lagi akan menjalin hubungan diplomatik dengan Israel, mengikuti jejak beberapa negara lain.
Selama ini Oman bersikap netral terhadap perpolitikan di Timur Tengah. Mereka juga tidak berpihak kepada negara-negara yang bersengketa, seperti antara Arab Saudi dan Qatar, atau dengan Iran.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, pernah berkunjung ke Oman dua tahun lalu, tetapi sampai saat ini mereka tidak memiliki hubungan diplomatik resmi.
Oman juga menyampaikan dukungan setelah UEA memutuskan mengakui kedaulatan Israel.
(middle east eye/ayp)