Usai Gencatan, Armenia dan Azerbaijan Mulai Tukar Tawanan

CNN Indonesia
Rabu, 16 Des 2020 07:30 WIB
Armenia dan Azerbaijan memulai pertukaran tahanan sebagai bagian gencatan senjata di kawasan sengketa Nagorno-Karabakh.
Ilustrasi tentara Armenia di kawasan sengketa Nagorno-Karabakh. (AP)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pemerintah Armenia dan Azerbaijan mulai melakukan pertukaran tawanan perang sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata peperangan di kawasan sengketa Nagorno-Karabakh.

Seperti dilansir Associated Press, Selasa (15/12), pemerintah Azerbaijan kesepakatan pertukaran tawanan itu sudah disetujui oleh pemerintah Armenia. Hal itu dibuktikan dengan sebuah pesawat yang membawa tahanan perang mendarat di Azerbaijan pada Senin (14/12) malam waktu setempat.

Wakil Perdana Menteri Armenia, Tigran Avinyan, menyatakan 44 orang tahanan perang sudah dipulangkan oleh Azerbaijan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pada tahap ini, seluruh tahanan perang asal Armenia yang sudah dikonfirmasi oleh Azerbaijan dan Palang Merah mulai dipulangkan. Proses menemukan dan mengorganisir pemulangan para tentara kami yang hilang dan ditahan akan terus dilanjutkan,"tulis Avinyan melalui unggahan di media sosial Facebook.

Proses pertukaran tahanan itu diperantarai oleh pasukan penjaga perdamaian Rusia. Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan ada 12 orang tahanan yang dipulangkan ke Azerbaijan dan 44 orang ke Armenia.

Sampai saat ini belum diketahui secara rinci berapa banyak jumlah tahanan perang yang masih berada di tangan Armenia dan Azerbaijan.

Peperangan antara Armenia dan Azerbaijan memperebutkan wilayah Nagorno-Karabakh kembali meletup pada akhir September lalu, dan dinilai menjadi yang terbesar dalam beberapa dasawarsa. Jumlah korban meninggal diperkirakan mencapai 5.600 orang.

Kawasan sengketa itu berada di Azerbaijan tetapi dikuasai oleh kelompok separatis yang didukung Armenia usai perang pada 1994.

Rusia yang menjadi penengah berhasil membuat kesepakatan gencatan senjata dengan Armenia dan Azerbaijan pada 10 November lalu.

Dalam perjanjian itu, Armenia bersedia menyerahkan sejumlah kawasan di luar Nagorno-Karabakh yang tadinya mereka kuasai ke tangan Azerbaijan.

Azerbaijan juga berhasil menduduki dan menguasai sebagian kawasan Nagorno-Karabakh yang direbut dari pasukan Armenia.

Kedua negara menyatakan sepakat melakukan pertukaran tahanan, sandera dan pemulangan jenazah korban sipil dan militer yang tewas dalam peperangan.

Rusia juga diberi mandat untuk mengirimkan pasukan penjaga perdamaian di Nagorno-Karabakh. Mereka menerjunkan dua batalion pasukan dengan masa tugas selama lima tahun dan bisa diperpanjang tergantung situasi serta kondisi.

Pemerintah dan penduduk Azerbaijan merayakan perjanjian gencatan senjata itu dengan mengklaim mereka menang dari Armenia. Bahkan mereka menggelar parade militer di ibu kota Baku, yang diikuti pasukan khusus Turki, untuk memperingati hal itu.

Turki adalah sekutu utama Azerbaijan dan ikut mengirim pengamat yang bertugas memantau jalannya gencatan senjata.

Sementara itu, keputusan gencatan senjata membawa dampak negatif terhadap Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan. Dia mendapat tekanan politik dari kelompok oposisi supaya mengundurkan diri.

Bahkan, Pashinyan sempat menjadi target rencana pembunuhan karena keputusannya melakukan gencatan senjata.

(ap/ayp)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER