Presiden Filipina Rodrigo Duterte menyatakan bahwa presiden bukanlah pekerjaan untuk perempuan, sebab ada perbedaan emosional antara wanita dan pria.
Hal tersebut diungkapkan Duterte untuk menepis spekulasi bahwa putrinya akan ikut pilpres tahun depan untuk menggantikannya.
"Putri saya tidak ikut. Saya telah memberi tahu Inday untuk tidak ikut pemilu karena saya kasihan dia harus melalui apa yang saya alami," kata Duterte merujuk pada nama panggilan putrinya. "Tahukah Anda, tatanan emosional seorang wanita dan pria sama sekali berbeda."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pernyataan Duterte tersebut langsung direspons oleh kelompok hak asasi manusia. Cristina Palabay dari kelompok hak asasi manusia Karapatan mengatakan wanita sama cakapnya dengan pria dalam pekerjaan apa pun.
"Yang paling penting ketika kita berbicara tentang presiden dan jabatan publik adalah menegakkan kepentingan orang kecil," katanya.
Duterte, pria 75 tahun itu terkenal karena komentarnya yang sering dianggap menyinggung dan seksis. Akan tetapi selama ini kantor kepresidenan menyebut ucapan Duterte sebagai lelucon yang tidak berbahaya.
Sementara itu Sara Duterte yang juga menggantikan sang ayah sebagai wali kota Davao City, menjadi kandidat paling diunggulkan dalam jajak pendapat calon presiden Filipina.
Wanita 42 tahun menempati urutan teratas dalam survei terbaru dibanding dua perempuan lainnya, Wakil Presiden Leni Robredo dan Senator Grace Poe.
Namun Sara sendiri mengaku tidak berniat untuk mencalonkan diri menjadi presiden.
"Saya berterima kasih atas kepercayaan dan keyakinan mereka pada apa yang dapat saya lakukan, tetapi penolakan saya untuk mencalonkan diri sebagai presiden bukanlah akhir dari segalanya," kata Sara, Kamis (14/1) dikutip dari Reuters.
Berdasarkan aturan, presiden di Filipina hanya diperbolehkan untuk menjabat satu periode atau enam tahun masa jabatan.
Filipina pernah memiliki dua presiden wanita, yakni Gloria Macapagal Arroyo dari 2001 hingga 2010 dan Corazon Aquino dari 1986 hingga 1992.
(dea)