Brasil Tunda Izin Vaksin Sputnik V Rusia

Reuters/ayp | CNN Indonesia
Senin, 18 Jan 2021 07:01 WIB
Brasil menunda izin darurat vaksin corona Sputnik V buatan Rusia karena kekurangan data efikasi.
Vaksin virus corona Sputnik V buatan Rusia. (AFP/KIRILL KUDRYAVTSEV)
Jakarta, CNN Indonesia --

Badan Kesehatan Brasil, Anvisa, menunda pemberian izin penggunaan darurat (EUA) terhadap vaksin corona (Covid-19) Sputnik V buatan Rusia, karena kekurangan data terkait efikasi.

Dilansir Reuters, Senin (18/1), alasan penundaan pemberian izin darurat untuk vaksin Sputnik V karena dokumen yang diajukan pihak pemohon, yakni perusahaan farmasi Uniao Quimica, belum memenuhi persyaratan.

Menurut keterangan Anvisa yang diumumkan melalui situs Kementerian Kesehatan Brasil, pemohon disebut tidak bisa memberikan bukti tentang tingkat keamanan vaksin Sputnik V dalam uji klinis tahap tiga, serta sejumlah masalah lain yang terkait dengan perusahaan pembuat vaksin itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Uniao Quimica mengajukan izin penggunaan darurat vaksin Sputnik V untuk 10 juta dosis untuk digunakan pada kuartal pertama 2021.

Anvisa menyatakan sudah meminta supaya pemohon mengajukan izin uji klinis tahap tiga sebelum vaksin Sputnik V bisa digunakan.

Mereka mensyaratkan vaksin itu harus terbukti ampuh, tidak menimbulkan efek jangka panjang dan aman dalam uji klinis.

Yayasan Lembaga Kesejahteraan Rusia (RDIF) yang mempromosikan vaksin Sputnik V membenarkan Anvisa meminta data tambahan terkait tingkat efikasi vaksin.

Mereka menyatakan hal itu lazim dan membantah bahwa pengajuan permohonan mereka ditolak. Menurut mereka, jika Senat Brasil menyetujui penggunaan vaksin Sputnik V, maka bisa menjadi dasar untuk digunakan oleh negara lain.

RDIF menyatakan vaksin Sputnik V sudah didaftarkan di Serbia, Belarus, Argentina, Bolivia, Aljazair, Paraguay, Venezuela dan pemerintah Palestina.

Kemarin, pemerintah Brasil baru menyetujui izin penggunaan darurat untuk vaksin corona buatan perusahaan farmasi Inggris, AstraZeneca, dan perusahaan China, Sinovac Biotech.



[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER