Proses vaksinasi virus corona (Covid-19) di India, yang merupakan program terbesar di dunia, mengalami kendala akibat gangguan teknis pada aplikasi Co-Win.
Dilansir Reuters, Senin (18/1), seharusnya sejumlah tenaga kesehatan di India disuntik vaksin pada Sabtu (16/1) pekan lalu. Namun, mereka tidak mendapatkan pesan undangan dari pemerintah melalui aplikasi Co-Win.
Kendala teknis itu masih terjadi hingga Minggu (17/1) kemarin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aplikasi Co-Win dibuat untuk membantu memberikan informasi mengenai vaksinasi Covid-19 terhadap para tenaga kesehatan. Selain itu, aplikasi itu juga digunakan untuk memantau pelaksanaan program vaksinasi dan keikutsertaan penduduk.
"Kami berencana melakukan vaksinasi terhadap 28.500 orang pada Sabtu lalu, tetapi hanya sanggup 18.328 orang karena kendala di aplikasi Co-Win," kata seorang petugas badan kesehatan di negara bagian Maharashtra yang tidak disebutkan namanya.
Maharashtra adalah salah satu negara bagian di India dengan kasus infeksi Covid-19 tertinggi.
Gangguan pada aplikasi itu juga terjadi di negara bagian Odisha dan Benggala Barat.
"Kami terpaksa melakukan cara lain yaitu menghubungi langsung penduduk yang masuk dalam daftar vaksinasi," kata Kepala Dinas Kesehatan Odisha, Bijay Kumar Mohapatra.
Perdana Menteri India, Narendra Modi, meluncurkan secara langsung program vaksinasi Covid-19 pada Sabtu pekan lalu. Mereka menargetkan melakukan vaksinasi terhadap 300 juta penduduk. Pemerintah India belum memberikan pernyataan terkait gangguan pada aplikasi itu.
Lihat juga:India Kembali Dilanda Wabah Flu Burung |
Jumlah kasus infeksi Covid-19 di India berada di posisi kedua setelah Amerika Serikat.
Pemerintah India melakukan vaksinasi menggunakan vaksin buatan Universitas Oxford dan AstraZeneca. Perusahaan farmasi India, Bharat Biotech, juga mendapat lisensi memproduksi vaksin itu.
Akan tetapi, anggota dewan legislatif justru mengkritik penggunaan vaksin COVAXIN buatan Bharat Biotech, karena dinilai belum memenuhi syarat terkait data efikasi.
(reuters/ayp)