Korps Garda Nasional Amerika Serikat menarik 12 tentara yang mengawal pelantikan Presiden Terpilih, Joe Biden, karena ada indikasi terpengaruh ekstremisme.
Pejabat Kementerian Pertahanan AS (Pentagon) menuturkan dua dari 12 prajurit Garda Nasional tersebut kedapatan mengunggah pernyataan yang bernada ekstremis.
Hal itu diketahui dari hasil pemeriksaan latar belakang dan aktivitas para tentara untuk mengantisipasi penyusup kelompok ekstremis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, dua personal lainnya juga kedapatan memiliki keterkaitan dengan kelompok milisi ekstrem kanan dan juga mengunggah pandangan ekstremis di media sosial.
Dikutip Associated Press, para pejabat Pentagon tak menjelaskan asal unit dari 12 personel itu. Belasan petugas itu, kata mereka, telah dipindahkan "karena alasan keamanan".
Komandan Korps Garda Nasional AS, Jenderal Daniel Hokanson, membenarkan bahwa ada anggotanya yang telah dipindahkan dan dipulangkan, tetapi dia hanya mengatakan hanya ada dua personel yang kedapatan mengunggah pernyataan "yang tidak pantas" terkait pelantikan Biden.
Sementara itu, kata Hokanson, 10 personel lainnya dicopot akibat tindakan kriminal di masa lalu, tetapi tidak terkait langsung dengan ancaman keamanan terhadap pelantikan Biden.
Aparat keamanan AS, terlebih di Ibu Kota Washington D.C terus bersiaga mengamankan pelantikan Biden pada Rabu (20/1).
Kerusuhan massa pendukung Presiden Donald Trump di Capitol Hill pada 6 Januari menyisakan ancaman keamanan terhadap pelantikan pemerintahan baru nanti.
Biro Investigasi Federal (FBI) sebelumnya mengindikasikan aksi protes dengan membawa senjata api berpotensi terjadi di hari-hari menjelang pelantikan Biden.
Akibat peringatan itu, seluruh negara bagian AS mengerahkan pasukan Garda Nasional untuk membantu mengamankan situasi dari ancaman demonstrasi tersebut.
Sebelumnya, pelaksana tugas Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Christopher Miller, mengatakan meminta FBI membantu memeriksa latar belakang lebih dari 25 ribu pasukan Garda Nasional, yang akan dikerahkan ke Washington D.C.
Langkah itu dilakukan demi mengantisipasi ancaman penyusup, menyusul kerusuhan di Capitol Hill.
Miller mengatakan sejauh ini intelijen AS tidak melihat ada indikasi ancaman orang dalam terhadap keamanan menjelang pelantikan Biden.
(rds/ayp)