Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengampuni mantan kepala strateginya, Steve Bannon, yang tengah tersandung kasus terkait penipuan. Langkah ini diambil Trump beberapa jam sebelum ia harus minggat dari Gedung Putih, Washington DC.
"Presiden Trump memberikan pengampunan penuh kepada Stephen Bannon. Jaksa mengejar Bannon dengan tuduhan terkait penipuan yang berasal dari keterlibatannya dalam proyek politik," kata Sekretaris Pers Gedung Putih Kayleigh McEnany, dikutip CNN pada Rabu (20/1).
"Bannon telah menjadi pemimpin penting dalam gerakan konservatif dan dikenal karena kecerdasan politiknya," ucap dia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jaksa federal New York mendakwa Bannon dan tiga orang lain atas tuduhan penipuan lebih dari US$1 juta dalam kampanye penggalangan dana yang diduga bertujuan mendukung tembok perbatasan Trump pada Agustus tahun lalu.
Ia bersama tiga terdakwa lain diduga menggunakan ratusan ribu dolar yang disumbangkan dalam kampanye tersebut untuk keperluan pribadi. Jaksa menduga uang itu juga dipakai untuk membayar Brian Kolfage, pembuat kampanye.
Setelah diampuni oleh Trump, Bannon akan bebas dari jeratan hukum kasus federal tersebut. Sebelumnya, ia dilarang bepergian dengan pesawat pribadi atau kapal tanpa izin dari pengadilan setelah dibebaskan dengan obligasi US$5 juta dan dijamin dengan US$1,75 juta dalam bentuk tunai dan properti.
Melalui pengacaranya, Bannon menampik dirinya bersalah. Dia menolak dakwaan pada pengadilan pertama dan menyebut itu sebagai upaya menghentikan pembangunan tembok yang bakal menutup perbatasan AS-Meksiko.
Banon sendiri sempat berselisih dengan Trump dalam beberapa tahun terakhir. Perselisihan bermula ketika ia mengungkap anak Trump, Donald Trump Jr. bertemu dengan pengacara Rusia dan Ivanka Trump merupakan orang yang "bodoh seperti batu bara". Pernyataan itu dikutip dalam sebuah buku.
Trump langsung menanggapi dengan pernyataan panjang yang mengatakan Bannon telah "kehilangan akal sehatnya".
"Steve Bannon tidak ada hubungannya dengan saya atau kepresidenan saya," kata Trump saat itu.
Namun dalam beberapa bulan terakhir, Bannon kembali mendekati Trump dengan menawarkan nasihat dan arahan sebelum pilpres dimulai. Ia juga membantu menampik teori konspirasi yang menyerang Trump soal pemilu.
Bannon bahkan diduga memiliki keterkaitan dalam kerusuhan pendukung Trump di Gedung Capitol Hill awal tahun ini. Ia diduga menyinggung insiden tersebut sehari sebelum kerusuhan terjadi.
"Semua neraka akan pecah besok," kata dia pada podcast miliknya, Selasa (5/1).
Seorang penasihat senior Trump mengatakan kepada CNN bahwa politisi Republik itu sempat berkomunikasi dengan Bannon dalam beberapa pekan terakhir.
Beberapa penasihat mengatakan pekan lalu diputuskan Bannon tidak akan mendapat pengampunan. Namun Trump kembali mempertimbangkan upaya tersebut dan memutuskannya sebagai salah satu kebijakan terakhir sebagai presiden AS.
Bannon merupakan sosok yang banyak berperan pada kampanye pilpres 2016. Ia dianggap sebagai kekuatan yang mendorong daya tarik populis, ideologi nasional dan kebijakan kontroversial Trump.
Sejak dinyatakan kalah dalam Pilpres 2020, Trump mulai mengampuni sejumlah pada berbagai sekutunya. Seperti penasihat keamanan nasional pertamanya, Michael Flynn, sekutu lama Roger Stone, dan mantan ketua kampanye Paul Manafort.
Pada awal masa menjabat, Trump juga pernah memberikan pengampunan kepada mantan sheriff Arizona Joe Arpaio, komentator sayap kanan Dinesh D'Souza dan pemodal Michael Milken.
(fey/dea)