Pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi, dilaporkan telah ditahan angkatan bersenjata (Tatmadaw) dalam upaya kudeta pada Senin (1/2) dini hari.
Suu Kyi dikabarkan ditangkap bersama Presiden Myanmar Win Myint dan sejumlah tokoh senior partainya yang tengah berkuasa di pemerintahan, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD).
Penahanan Suu Kyi dan tokoh senior NLD dikonfirmasi oleh juru bicara partainya, Myu Nyunt. Penahanan ini berlangsung ketika Tatmadaw menuding pemilihan umum yang dimenangkan NLD pada November lalu curang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ini bukan yang pertama Suu Kyi menjadi target tahanan militer Myanmar. Peraih Nobel Perdamaian itu pernah menjadi tahanan rumah Tatmadaw selama belasan tahun.
Perempuan kelahiran 1945 itu dinilai sebagai simbol penentang rezim pemerintahan junta militer dan tokoh yang selalu mengupayakan demokrasi di tanah Myanmar.
Suu Kyi mengenyam pendidikan jurusan politik di New Delhi, India pada 1964, dan melanjutkan studinya di bidang filsafat, politik dan ekonomi di Universitas Oxford pada 1969.
Suu Kyi sempat bekerja di PBB selama tiga tahun, dan berkorespondensi dengan sejarawan Inggris dan pakar Bhutan, Michael Aris. Keduanya kemudian menikah pada 1972.
Dirikan partai oposisi dan 'darah' politik dari ayah
Pada April 1988, Suu Kyi kembali ke Yangon untuk merawat ibunya Khin Kyi, yang tengah sakit keras. Saat itu, aksi protes pro-demokrasi tengah merebak di hampir seluruh penjuru Myanmar, menentang pemerintahan junta militer pimpinan Ne Win.
Ayah Suu Kyim Jenderal Aung San, merupakan pejabat militer yang dinilai publik berjasa dalam mengupayakan kemerdekaan Myanmar dari Inggris. Sementara itu, sang ibu, Khin Kyi, juga merupakan figur politikus terkenal di Myanmar saat itu.
Terpanggil untuk melanjutkan perjuangan sang ayah, Suu Kyi memutuskan memasuki dunia politik Myanmar dan membantu mendirikan partai politik oposisi, NLD, dan menyerukan akhir dari rezim militer.
Terancam oleh kehadiran dan kepopuleran Suu Kyi di mata publik, pemerintahan junta militer kemudian menjatuhkan hukuman tahanan rumah kepada Suu Kyi atas "tuduhan membahayakan negara" pada 1989.
Status "tahanan rumah" yang disandang Suu Kyi ternyata tak mampu membendung kepopuleran NLD pada pemilu 1990.
NLD berhasil mengamankan 392 kursi dari 485 kursi yang tersedia, mengalahkan Partai Persatuan Nasional (NUP) yang berkuasa. Meski demikian, militer menganulir hasil pemilu dan menolak mundur dari kekuasaan.