Imbangi Pengaruh China, Myanmar Impor Senjata Rusia

CNN Indonesia
Selasa, 09 Feb 2021 18:55 WIB
Panglima Militer Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing disebut telah membina hubungan dengan Moskow selama satu dekade terakhir.
Ilustrasi militer Myanmar. (REUTERS/STRINGER)
Jakarta, CNN Indonesia --

Myanmar disebut membeli alat persenjataan dari Rusia guna mengimbangi pengaruh China.

Seperti dikutip dari Nikkei Asia, Panglima Militer Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing yang juga kepala junta dilaporkan telah membina hubungan dengan Moskow selama satu dekade terakhir.

Hal itu dilakukan untuk menghindari ketergantungan pada China, yang disebut pemasok senjata terbesar di negaranya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah seorang diplomat Asia Tenggara menilai Militer Myanmar Tatmadaw telah mengejar strategi Rusia untuk memperluas pilihan pertahanan dan diplomatiknya.

"Dalam hubungan militer, tampaknya Tatmadaw memiliki hubungan yang lebih baik dengan Rusia," kata dia.

"Secara diplomatis itu menguntungkan. Apalagi Rusia memegang hak veto di Dewan Keamanan (Perserikatan Bangsa-Bangsa)."

Konvoi militer Myanmar dalam kudeta pemimpin de facto Aung San Suu Kyi menggambarkan hubungan erat negara itu dengan Rusia.

Banyak kendaraan lapis baja ringan di jalanan buatan Rusia. Para peneliti menyebut impor kendaraan itu, termasuk di antara daftar pasokan yang akan terus bertambah. Hal itu turut mempererat hubungan antara lembaga pertahanan Moskow dan Militer Myanmar.

International Peace Research Institute Stockholm mengungkap, pada 2019 tagihan Myanmar untuk aset militer Rusia mencapai 807 juta dolar selama satu dekade.

Seorang peneliti senior dari Lembaga Intelektual Swedia, Semon Wezemen menyebut kendaraan perang Rusia yang digunakan saat kudeta berlangsung kemungkinan dikirim baru-baru ini, dalam rentang waktu dua hingga tiga tahun. Namun "belum didokumentasikan" oleh sumber resmi Myanmar.

Para diplomat Asia belakangan ini menunjukkan keterkejutannya melihat jejak Rusia pada kudeta Myanmar.

Infografis Jejak Seteru Suu Kyi vs Militer Myanmar dalam 1 DekadeFoto: CNNIndonesia/Asfahan Yahsyi

Hubungan Moskow dengan Myanmar disorot saat hari-hari kudeta. Rusia melonggarkan kekuatan diplomatiknya dengan China untuk melindungi junta Myanmar dari teguran internasional dan memblokir kecaman kudeta yang dilakukan Dewan Keamanan PBB.

Beberapa hari sebelum kudeta, Menteri Pertahanan Rusia Jenderal Sergei Shoigu mengunjungi Myanmar untuk menyelesaikan kesepakatan suplai senjata baru. Di antaranya sistem rudal permukaan ke udara Pantsir S1, drone pengintai Orlan-10E dan peralatan radar.

"Sebagaimana kawan setia, Rusia selalu mendukung Myanmar dalam masa-masa sulitnya, terutama dalam empat tahun terakhir," kata Min Aung Hlaing, yang dikutip media Rusia saat kunjungan menteri.

Media yang berada di Myanmar mencatat kedekatan antara kedua jenderal itu pada malam kudeta. Min Aung Hlaing dilaporkan telah mengunjungi Rusia enam kali, termasuk Juni lalu.

Tujuan kunjungan Min Aung untuk memperingati hari kemerdekaan Myanmar yang ke-75, bertepatan dengan peringatan kekalahan Nazi Jerman dalam perang Dunia II.

Kudeta tersebut mencegah partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) menjalankan masa jabatan kedua, setelah menang telak dalam Pemilu, November lalu.

Kekalahan partai pro-militer pada Pemilu itu, mendorong Min Aung Hlaing mempertanyakan hasil pemungutan suara. Hal tersebut dinilai sebagai petunjuk awal intervensi militer untuk membatalkan mandat NLD.

Analis Militer Myanmar menyebut, Min Aung Hlaing ke Rusia untuk mendapatkan arahan baru yang nantinya akan diberikan kepada para Tatmadaw.

Min Aung berusaha mengubah militer menjadi tentara standar dari warisannya sebagai kekuatan melawan pemberontakan yang memerangi kelompok pemberontak etnis separatis.

"Para Tatmadaw sudah lama ingin meningkatkan angkatan bersenjata, tapi proses modernisasi baru dipercepat secara signifikan sejak 2011," tulis seorang analis, Nay Yan Oo.

Dalam bukunya, "A New Tatmadaw With Old Characteristic" Yon menyinggung reformasi standar militer Myanmar.

"Kepemimpinan baru mendorong Tatmadaw kembali ke Bidang Pertahanan (dengan) reformasi standar Angkatan Darat yang terdiri dari modernisasi militer, pembangunan kapasitas, dan keterlibatan aktif militer ke militer."

Menurut Wezemen, pada tahun 2014- 2019, China menyumbang 50 persen dari impor senjata yang digencarkan Myanmar. Di antaranya, kapal perang, pesawat tempur, drone bersenjata, kendaraan, lapis baja dan sistem pertahanan udara.

"Terutama dalam bentuk pesawat tempur dan helikopter," katanya.

Data dari Institut Perdamaian Stockholm mengkonfirmasi tagihan senjata Myanmar untuk tahun 2010-2019 mencapai 2,4 miliar dolar. Lebih rinci, 1,3 miliar dolar untuk senjata yang dipasok China, dan 807 juta dolar dari Rusia.

Pesawat tempur yang mengimpor dari Rusia di antaranya, miG 29, SDu-30MK, JF-17 serta pesawat latih K-8, Yak-130 dan G 120 TP.

Akar perdagangan senjata Myanmar-Rusia berasal dari kerja sama militer dengan perusahaan teknik yang dimulai pada tahun 2001.

Tahun saat Myanmar berada dalam cengkeraman jenderal Senior Than Shwe. Kemudian muncul perjanjian kerja sama militer pada tahun 2016.

Hal ini membuka jalan bagi ribuan tentara Myanmar untuk mendapat pelatihan di bidang sains dan teknik mesin di Rusia.

Sebuah dokumenter baru-baru ini yang ditayangkan oleh saluran televisi Kementerian Pertahanan Rusia dengan izin Tatmadaw "Mengungkapkan banyak personel militer Burma yang fasih berbahasa Rusia."

Para akademisi, yang tidak mau disebutkan namanya, menelusuri peralihan sejarah militer China-Myanmar yang bersitegang hingga akhir 1980-an. Peran Beijing dalam konflik etnis yang berlangsung di sepanjang perbatasan Myanmar-China, dan perangkat keras buatan China yang rusak.

"Tidak seperti China, Rusia tidak memainkan peran dalam proses perdamaian (etnis di Myanmar) juga tidak memiliki investasi ekstensif di negara," kata seorang akademisi.

Kurangnya minat geostrategis Rusia membuatnya menjadi mitra yang menarik.

Seorang diplomat Asia sepakat bahwa Min Aung masih geram dengan laporan pasokan senjata China ke pasukan pemberontak etnis yang telah ditargetkan Tatmadaw di sepanjang perbatasan timur Myanmar.

"Min Aung secara pribadi tidak percaya pada orang China," ujar diplomat itu.

"Hanya China yang menghadirkan ancaman eksistensial ke Myanmar bukan Rusia," ucap dia.

(isa/dea)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER