Presiden Amerika Serikat Joe Biden menekan Presiden China Xi Jinping atas isu ekonomi, militer, dan sejumlah bidang potensial untuk dijajaki kedua negara. Dalam kesempatan itu Biden juga menekankan isu genosida terhadap muslim Uighur di Xinjiang.
Percakapan itu merupakan kontak pertama Biden dengan Xi sejak dilantik pada Januari lalu di tengah situasi meningkatnya ketegangan antara kedua negara.
Dalam pernyataannya, Gedung Putih mengatakan dalam percakapan itu Biden menekankan kekhawatiran terhadap isu pelanggaran hak asasi manusia terhadap muslim Uighur di Xinjiang dan kekerasan aparat China terhadap aktivis pro-demokrasi Hong Kong.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Biden mengatakan kepada Xi bahwa prioritas AS untuk menjaga kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.
Secara khusus, Biden menggarisbawahi keprihatinannya terhadap praktik ekonomi China yang dianggap memaksa dan tidak adil.
"Biden berkomitmen untuk mengejar keterlibatan praktis dan berorientasi pada hasil ketika itu memajukan kepentingan rakyat Amerika dan sekutu," kata Gedung Putih seperti mengutip Reuters.
Satu hal yang akan tetap diberlakukan oleh pemerintahan Biden yakni penerapan tarif tambahan terhadap produk impor yang ditetapkan oleh pemerintahan Trump. Pemerintahan Trump menambahkan tarif 15 persen atas impor China yang bernilai lebih dari US$125 miliar, termasuk speaker pintar, headphone Bluetooth dan alas kaki.
"Kami telah mempertahankan pemberlakuan tarif tambahan selama beberapa tahun terakhir, bukan karena kami berpikir bahwa perang dagang sangat berhasil, melainkan karena kami percaya bahwa kami harus sangat hati-hati, dalam konsultasi dengan sekutu dan mitra, dalam konsultasi dengan Kongres, bekerja melalui sumber pengaruh yang kami miliki," kata pejabat senior Gedung Putih seperti dilansir CNN.
Xi terakhir melakukan komunikasi dengan AS di era pemerintahan Presiden Donald Trump pada Maret 2020 lalu. Sejak saat itu, hubungan antara kedua negara memburuk.
(evn)