Pakar Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengeluh kesulitan mendapat data mentah saat awal pandemi Covid-19 merebak di China.
Hal ini diungkap Peter Ben Embarek, yang mengepalai misi ahli WHO ke Wuhan dalam wawancara dengan AFP, Sabtu (13/2).
Menurutnya, mereka belum menerima akses ke data mentah yang cukup saat di China. WHO melaksanakan penyelidikan ke China untuk mencari tahu asal pandemi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami menginginkan lebih banyak data. Kami telah meminta lebih banyak data," kata Embarek.
Ia berharap data yang diminta akan tersedia di masa mendatang.
"Ada campuran rasa frustrasi tetapi juga campuran ekspektasi yang realistis dalam hal apa yang mungkin dilakukan dalam kerangka tertentu," katanya.
Data yang dimaksud terkait dengan data mentah soal awal kasus penyakit, seperti pneumonia, flu, dan demam, yang mungkin terkait dengan Covid-19.
Namun, sebelum misi WHO datang, para ilmuwan China telah memindai sistem mereka. Mereka menemukan 72 ribu kasus antara Oktober dan Desember.
Mereka lantas menyaring kasus ini dengan kriteria yang mungkin gejala itu terkait Covid-19. Hailnya, 92 kasus diselidiki. Sebanyak 67 melakukan tes serologi. Semua nihil, mereka negatif dari Covid-19.
Untuk itu, Embarek meminta tim peneliti China kriteria spesifik apa yang digunakan untuk menyaring. Data ini diperlukan untuk proses studi berikutnya.
Misi empat minggu WHO ke China untuk mengungkap asal-usul virus korona telah selesai awal pekan ini tanpa temuan yang konklusif.
WHO percaya penularan virus corona SARS-CoV-2 dari kelelawar ke manusia melalui inang mamalia perantara. Namun, mereka tidak menemukan hewan mamalia mana yang menjadi perantara.
Selain itu, masih belum jelas kapan dan di mana wabah itu sebenarnya dimulai, sebelum akhirnya merebak di Wuhan pada Desember 2019.
Tim ahli menentukan bahwa tidak ada tanda-tanda muncul kelompok besar Covid-19 di Wuhan atau di tempat lain sebelum Desember tahun itu.
(afp/eks)