Malaysia berkukuh untuk mendeportasi 1.200 warga Myanmar dengan kapal laut di saat negara asal mereka tengah dilanda kudeta militer.
Diketahui, militer Myanmar merebut kekuasaan dan menahan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi pada 1 Februari.
Kepala Imigrasi Malaysia Khairul Dzaimee Daud mengatakan para tahanan, yang akan dideportasi pada 23 Februari, dituduh melakukan pelanggaran. Tuduhan itu termasuk tidak memiliki dokumen perjalanan yang sah dan memperpanjang visa mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu adalah bagian dari program biasa kami untuk mendeportasi imigran ilegal yang ditahan di pusat penahanan," katanya dalam sebuah pernyataan, dikutip dari AFP.
Tahun lalu, tutur Khairul, Malaysia juga memulangkan lebih dari 37.000 orang asing.
Dia mengatakan tidak ada pengungsi yang terdaftar di PBB atau anggota minoritas Muslim Rohingya Myanmar termasuk di antara mereka yang dideportasi.
Rohingya, yang tidak diakui sebagai warga negara di Myanmar, sudah sejak lama mengalami penganiayaan di tanah airnya sendiri. Diketahui, ratusan ribu orang melarikan diri dari tindakan keras militer tahun 2017 ke negara tetangga Bangladesh.
Malaysia adalah rumah bagi sekitar 100.000 pengungsi Rohingya yang terdaftar, serta anggota komunitas lain seperti China dan Kachin.
Sementara itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan sebelumnya mereka tengah mencari informasi dari pihak berwenang mengenai deportasi.
Seorang juru bicara menyampaikan bahwa sejak akhir 2019 Malaysia telah memblokir PBB untuk mengakses pusat penahanan imigrasi. Artinya, PBB tidak dapat menentukan siapa yang harus diberi status pengungsi.
Orang-orang yang rentan, termasuk perempuan dan anak-anak adalah orang yang ditahan di fasilitas itu.
"Jika ternyata membutuhkan perlindungan internasional, orang-orang ini tidak boleh dideportasi ke situasi di mana kehidupan atau kebebasan mereka mungkin terancam," kata juru bicara itu.
Malaysia adalah rumah bagi jutaan migran dari bagian Asia yang lebih miskin. Mereka yang bekerja digaji di negara itu dengan rendah. Selain Myanmar, mereka berasal dari negara-negara seperti Bangladesh dan Indonesia.