Iran Bosan Dengar Janji Manis Biden Soal Pakta Nuklir

CNN Indonesia
Kamis, 18 Feb 2021 19:40 WIB
Iran mendesak Presiden AS, Joe Biden, segera bertindak jika ingin kembali menghidupkan perjanjian nuklir 2015.
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatullah Ali Khamenei. (AFP/BEHROUZ MEHRI)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatullah Ali Khamenei, mendesak Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, jangan banyak bicara dan segera bertindak jika benar-benar ingin kembali menghidupkan perjanjian nuklir (JCPOA) yang diteken 2015 silam.

"Kami sudah mendengar banyak janji manis yang sebenarnya dilanggar dan tindakan yang diambil justru sebaliknya. Janji dan kata-kata tidak ada gunanya. Kali ini kami hanya menginginkan tindakan dari pihak sana (AS), kemudian kami juga akan bertindak," kata Khamenei dalam pidato yang disiarkan melalui televisi, seperti dikutip Reuters, Kamis (18/2).

Iran menetapkan batas waktu hingga pekan depan untuk Biden dan pemerintahannya mengambil sikap terkait pakta nuklir itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Khamenei sudah mendesak supaya Amerika Serikat segera mencabut seluruh sanksi ekonomi terhadap Iran, sebelum melanjutkan perundingan nuklir. Meski begitu, Biden menolak usulan itu.

AS menarik diri dari perjanjian nuklir (JCPOA) pada era pemerintahan Presiden Donald Trump. Trump mengatakan alasan yang mendasari keputusan itu karena Iran masih mengembangkan persenjataan rudal dan terlibat dalam sejumlah konflik di Timur Tengah, yakni Suriah dan Yaman.

Pemerintahan Trump lantas menjatuhkan serangkaian sanksi terhadap para pejabat, pengusaha hingga perusahaan Iran.

Murka dengan keputusan Trump, Iran lantas meningkatkan pengayaan uranium hingga 20 persen, walau masih jauh dari tingkat pengayaan untuk membuat senjata yakni 90 persen. Bahkan mereka kini mulai menjajaki produksi logam uranium.

Israel menuduh program nuklir untuk pembangkit energi hanya kedok Iran untuk menutupi upaya pembuatan senjata nuklir.

Bahkan Israel mengancam akan menyerang Iran jika pemerintahan AS yang saat ini dipimpin Presiden Joe Biden tidak bersikap tegas terkait program nuklir itu.

(FILES) In this file photo taken on October 26, 2010 shows the inside of reactor at the Russian-built Bushehr nuclear power plant in southern Iran, 1200 Kms south of Tehran, where Iran has began to unload fuel into the reactor core for the nuclear power plant, a move which brings the facility closer to generating electricity after decades of delay. - President Hassan Rouhani said on November 5 that Iran would resume uranium enrichment at an underground plant south of Tehran in its latest step back from a troubled 2015 agreement with major powers. (Photo by HAMED MALEKPOUR / FARS NEWS AGENCY / AFP) / == best quality available==Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Bushehr, Iran. (HAMED MALEKPOUR / FARS NEWS AGENCY / AFP)

Israel dan Badan Energi Atom Dunia (IAEA) meyakini Iran mempunyai program senjata nuklir, tetapi terhenti pada 2003.

Khamenei menerbitkan fatwa pada 1990-an yang mengharamkan senjata nuklir. Selama ini Iran mengatakan program nuklir mereka digunakan untuk kepentingan damai, yakni untuk pembangkit listrik.

Kanselir Jerman, Angela Merkel, menelepon Presiden Iran, Hassan Rouhani, dan meminta supaya negara itu segera kembali menaati perjanjian itu.

"Ini adalah saatnya memberikan sinyal positif yang bisa menimbulkan rasa saling percaya dan membuka jalan keluar melalui diplomasi," kata Merkel dalam perbincangan dengan Rouhani melalui telepon.

IAEA menyatakan Iran melapor mereka sudah memasang alat sentrifugal pengayaan uranium, IR-2m, yang lebih canggih di fasilitas pengayaan di Natanz. Alat itu diperkirakan bisa melakukan pengayaan uranium lebih efisien, tetapi diperkirakan bakal melanggar pakta nuklir.

Iran juga berencana tidak mengizinkan pengawas dari IAEA memantau proses pengayaan uranium di masa mendatang.

Kementerian Luar Negeri AS berharap Iran tidak melarang pengawas IAEA memeriksa proses pengayaan uranium.

"Seperti yang kami garis bawahi, Iran harus berhenti melakukan hal itu dan tidak menghalangi IAEA. Jalur diplomasi masih terbuka," kata Juru Bicara Kemenlu AS, Ned Price.

(ayp/ayp)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER