Sebanyak sepuluh perempuan Prancis yang merupakan keluarga anggota kelompok teroris ISIS melakukan mogok makan di Suriah dan mendesak minta dipulangkan.
Dilansir Middle East Monitor, Kamis (25/2), sepuluh perempuan Prancis itu saat ini ditahan di penjara di Suriah.
Menurut kuasa hukum para perempuan Prancis itu, Marie Dosé and Ludovic Rivière, klien mereka sudah menunggu lebih dari dua tahun untuk dipulangkan dan menerima ganjaran atas perbuatannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, para advokat itu juga meminta supaya sepuluh klien mereka diadili di Prancis.
"Setelah bertahun-tahun menunggu dan tidak ada kejelasan terkait proses persidangan, mereka merasa tidak punya pilihan selain mogok makan," demikian isi pernyataan advokat sepuluh perempuan Prancis itu.
Sebuah rekaman suara yang berisi pernyataan para perempuan Prancis yang ditahan itu dikirim kepada masing-masing keluarga. Di dalam rekaman itu mereka menyatakan tidak tahan lagi melihat anak-anak mereka menderita dan ingin segera kembali dan diadili di Prancis.
Saat ini tercatat ada 80 perempuan pengikut ISIS bersama dengan 200 anaknya ditahan di sejumlah kamp di Suriah, yang dijaga pasukan suku Kurdi yang dibantu Amerika Serikat.
Komite Palang Merah Dunia yang mempunyai perwakilan di kamp penahanan Al-Hawl dan Rouge di kawasan utara Suriah menyatakan anak-anak para pengikut ISIS itu mengidap kekurangan nutrisi dan penyakit pernapasan selama musim dingin kali ini.
Pada November 2020, Komite Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Perlindungan Hak Anak memperingatkan bahwa anak-anak para pengikut ISIS itu terancam karena tinggal di kamp yang tidak memiliki kakus yang memadai, serta kekurangan makanan.
Akan tetapi, pemerintah Prancis menerapkan persyaratan ketat untuk memulangkan sejumlah penduduknya yang menjadi pengikut ISIS.
Sampai saat ini baru 35 warga anak-anak dari penduduk Prancis yang menjadi pengikut ISIS yang bisa dipulangkan. Sebagian besar dari mereka sudah dalam keadaan yatim piatu.
(ayp/ayp)