Berbagai peristiwa menarik terjadi di berbagai belahan dunia pada Senin (1/3) kemarin. Mulai dari 18 orang tewas dalam demo antikudeta di Myanmar sampai Aung San Suu Kyi dijerat kasus ketiga usai kudeta. CNNIndonesia.com merangkum sejumlah kejadian tersebut dalam kilas internasional.
Jumlah korban meninggal dalam gelombang demo menentang kudeta di Myanmar pada akhir pekan lalu dilaporkan mencapai 18 orang.
Laporan itu disampaikan oleh Kantor Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Menurut mereka selain jatuh korban jiwa, sebanyak 30 orang dilaporkan luka-luka dalam bentrokan antara demonstran dan aparat keamanan Myanmar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kantor HAM PBB juga menyatakan mereka mencatat ada sekitar seribu orang yang ditangkap aparat dalam unjuk rasa pada Minggu kemarin.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mengecam keras sikap aparat Myanmar yang menggunakan peluru tajam untuk menghadapi demonstrasi.
"Sekjen PBB mendesak warga dunia untuk bersama-sama memberikan sinyal tegas kepada militer Myanmar supaya mereka harus menghormati keinginan rakyat yang disampaikan dalam pemilihan umum dan menghentikan tindakan represif," kata Guterres melalui juru bicara, Stephane Dujarric.
Pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi hadir dalam persidangan kedua melalui sambungan video call hari ini, Senin (1/3). Pengacara Suu Kyi, Min Min Soe menyebut kliennya dalam kondisi sehat.
Kepada Reuters, Soe mengatakan bahwa Suu Kyi telah meminta untuk bertemu dengan tim kuasa hukumnya selama persidangan tersebut.
Sebulan sejak kudeta, Suu Kyi menghadapi tuduhan tambahan yakni larangan publikasi informasi yang dapat 'menyebabkan ketakutan'.
Jadwal persidangan Suu Kyi berikutnya diagendakan akan dilakukan pada 15 Maret mendatang.
Pada 16 dan 17 Februari lalu junta militer Myanmar juga menyidangkan Suu Kyi dan Presiden Win Myint secara diam-diam.
Sejauh ini, Suu Kyi didakwa dua tuntutan. Pertama, terkait kepemilikan walkie talkie ilegal.
Kedua, dakwaan terkait pelanggaran Undang-Undang Penanggulangan Bencana Alam. Dalam dakwaan baru itu, Suu Kyi dituduh melanggar aturan pemerintah terkait pandemi virus corona selama pemilu 2020.
Mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan kemungkinan dirinya mencalonkan diri lagi dalam pemilihan presiden dalam 2024 mendatang pada Minggu (28/2). Padahal, Presiden AS ke-45 tersebut baru saja sebulan lengser dari Gedung Putih.
Tak hanya soal pencalonan dirinya, dalam pidatonya di Konferensi Aksi Politik Konservatif di Orlando, Trump juga mengulangi lagi klaim palsunya bahwa dia lah yang sebenarnya memenangkan pemilihan umum 2020 lalu, bukan penerusnya, Presiden Joe Biden.
"Dengan bantuan Anda, kami (Partai Republik) akan merebut kembali DPR AS, akan memenangkan lagi Senat, dan kemudian seorang presiden dari Republik akan kembali ke Gedung Putih dengan kemenangannya. Saya ingin tahu siapa itu? Saya bertanya-tanya," kata Trump sambil tersenyum.
Trump juga berjanji membantu Partai Republik menguasai Kongres pada pemilihan legislatif 2022. Republik kehilangan kursi mayoritas di Kongres selama pemerintahan Trump.
(ayp/ayp)