RS Yangon Sebut Ada 34 Mayat dan 40 Pedemo Terluka

CNN Indonesia
Senin, 15 Mar 2021 16:31 WIB
Gelombang demo anti-kudeta militer yang berakhir ricuh terus meluas di Myanmar. (Foto: REUTERS/STRINGER)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sebuah rumah sakit di pinggiran kota Yangon, Myanmar melaporkan menerima 34 mayat dan 40 orang dalam kondisi luka-luka saat terjadi demo menentang kudeta militer pada Minggu (14/3).

Laporan ini justru lebih banyak dari jumlah korban tewas dalam demo pada akhir pekan yang dirilis kelompok hak asasi manusia Bantuan Perhimpunan Tahanan Politik (AAPP). Dalam laporannya AAPP mencatat 22 orang tewas sehingga total menjadi 140 pedemo tewas dalam bentrokan antara demonstran dan aparat di pinggiran kota Hlaingthaya.

Mengutip outlet media Myanmar Now, kematian akibat bentrok antara pedemo dengan aparat keamanan pada Minggu juga terjadi di Hlaing Tharyar, Thingangyun, Shwepyithar, dan Dagon Selatan.

Pasukan keamanan menembaki pengunjuk rasa anti-militer setelah melakukan serangan tak dikenal dengan membakar beberapa pabrik garmen yang didanai China.

Ratusan orang pedemo dikabarkan terluka, dengan banyak diantarnaya dalam kondisi kritis ketika dibawa ke rumah sakit.

Pasukan keamanan masih ditempatkan di beberapa rumah sakit yang menjadi tempat perawatan bagi pedemo yang terluka dan tertembak. Patroli dan penyisiran di kota hingga daerah pelosok juga terus dilakukan untuk mencari pendukung Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD).

Hari ini, Senin (15/3) pemimpin de facto Myanmar yang digulingkan militer, Aung San Suu Kyi dijadwalkan kembali menghadapi persidangan ketiga.

Persidangan berlangsung setelah junta militer Myanmar menuduh perempuan 75 tahun itu menerima suap sebesar US$600 ribu (Rp8,5 miliar) sebelum dikudeta.

Suap itu disebut diberikan kepada Suu Kyi dalam bentuk emas. Pihak yang mengadukan dugaan suap itu adalah mantan Menteri Besar Yangon, Phyo Mien Thein.

Selain tuduhan suap, Suu Kyi setidaknya menghadapi sejumlah kasus yakni terkait kepemilikan walkie-talkie ilegal, melanggar kebijakan pembatasan virus corona, melanggar undang-undang telekomunikasi, niat menyebabkan keresahan masyarakat, serta dituduh menerima suap.

Merespons gelombang demonstrasi yang terus meluas dan pemberlakuan darurat militer di dua kota, akses internet di Myanmar dikabarkan kembali diputus oleh junta. Pemutusan akses internet kali ini sebagai upaya menutupi tindakan brutal menyusul diberlakukannya darurat militer di kota Hlang Tahyar Yangon dan Swepyitha.

Lynn Htet, salah satu warga Myanmar kepada CNNIndonesia.com mengatakan bahwa militer kembali mematikan akses internet seluler dan jaringan nirkabel (WiFi) dan hanya menyisakan jaringan internet fiber yang kecepatannya tidak stabil.

Lynn mengatakan junta militer kerap memutus sambungan internet mulai pukul 01.00 dini hari hingga 09.00 pagi. Namun, hingga tulisan ini dibuat, Lynn mengatakan akses internet di Myanmar masih belum dipulihkan.

"Kami hanya memiliki jaringan internet fiber yang tidak stabil. Sebagian besar daerah pedesaan tidak memiliki internet fiber, dan mereka hanya mengandalkan internet seluler," kata Lynn.

(evn)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK