Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-ocha akhirnya disuntik vaksin corona AstraZeneca setelah negaranya sempat khawatir karena isu pembekuan darah.
Prayut menjadi orang pertama di Thailand yang disuntik vaksin AstraZeneca. Dia dan anggota kabinetnya menjalani vaksinasi pada Selasa pagi (16/3).
"Hari ini saya ingin meningkatkan kepercayaan diri bagi masyarakat," kata Prayut kepada wartawan di Government House, sebelum menerima suntikan di lengan kirinya seperti dikutip dari Reuters.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pria 67 tahun itu mengaku merasa baik-baik saja setelah disuntik.
Prayut dan anggota kabinet sedianya disuntik vaksin buatan AstraZeneca pada Jumat pekan lalu. Namun dibatalkan setelah muncul laporan kasus penggumpalan darah di sejumlah negara Eropa.
Thailand menunda penggunaan vaksin AstraZeneca mengikuti langkah pemerintah sejumlah negara Eropa karena ada laporan efek samping penggumpalan darah terhadap beberapa orang.
Menteri Kesehatan Thailand Anutin Charnvirakul mengatakan vaksinasi dilanjutkan setelah banyak negara mengatakan tidak ada masalah pembekuan darah dengan vaksin tersebut.
Strategi vaksinasi massal di Thailand memang bergantung pada inokulasi AstraZeneca, yang akan diproduksi secara lokal mulai Juni untuk distribusi regional, dengan 61 juta dosis dicadangkan untuk warganya.
Anutin mengatakan Thailand sudah mengimpor vaksin AstraZeneca. Mereka juga memesan 200 ribu dosis vaksin Sinovac dari China untuk pekerja medis dan kelompok berisiko tinggi. Sebanyak 800 ribus dosis vaksin Sinovac selanjutnya akan tiba pada 20 Maret.
AstraZeneca mengatakan pihaknya telah melakukan tinjauan cermat terhadap data orang yang divaksin. Lebih dari 17 juta orang yang divaksinasi di Inggris dan Uni Eropa, menunjukkan tidak ada bukti peningkatan resiko emboli paru, trombosis vena dalam atau trombositopenia.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga telah meminta kepada semua negara untuk terus menggunakan vaksin Covid AstraZeneca.
(dea)