Sejumlah peristiwa terjadi di berbagai belahan dunia pada Rabu (17//3). Mulai dari Israel bisa diserang 2.000 roket jika perang dengan Hizbullah hingga ribuan warga Myanmar pilih kabur.
1. Perang dengan Hizbullah, Israel Bisa Diserang 2.000 Roket
MiliterIsrael memperingatkan bahwa negaranya bisa dihujani 2.000roket dan rudal setiap hari dalam perang di masa depan dengan kelompok Hizbullah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Komando Angkatan Bersenjata Israel (IDF) Mayjen Uri Gordin, Senin (15/3).
Dalam Konferensi B'Sheva di Yerusalem, Gordin mengatakan bahwa sekitar 2.000 roket dan rudal akan ditembakkan ke Israel setiap hari. Kata dia, itu akan menjadi tantangan bagi militer dan pertahanan sipil Israel.
"Musuh kita di front berbeda harus tahu bahwa jika diperlukan, kita akan mengaktifkan kekuatan militer yang belum pernah terlihat sebelumnya," kata Gordin seperti dikutip dari Jerusalem Post.
2. Kecam Junta Militer, Sinyal Retak Biksu Myanmar dan Penguasa
Kelompok paling berpengaruh biksu Buddha Myanmar meminta junta militer berhenti melakukan kekerasan terhadap pengunjuk rasa. Hal itu dinilai sebagai tanda keretakan hubungan dengan penguasa.
Dalam kecamannya yang paling kentara, kelompok biksu Komite Sahgha Maha Nayaka (Mahana) meminta junta militer menghentikan tindakan keras terhadap pengunjuk rasa. Kecaman itu tertuang dalam draft pernyataan sikap Mahana.
Sikap Mahana menandakan adanya keretakan hubungan dengan pihak penguasa, yang biasanya bekerja sama dengan pemerintah. Diketahui Komite Mahana merupakan badan yang dibentuk pemerintah.
3. Tak Tahan Kudeta Militer, Ribuan Warga Myanmar Pilih Kabur
Ribuan warga Myanmar memilih untuk kabur setelah ketegangan antara massa anti-kudeta militer dengan pasukan keamanan terus memakan korban jiwa.
Warga distrik Hlaing Tharyar mengatakan keputusan mereka untuk kabur karena pemberlakuan darurat militer di daerahnya menyusul demo yang menewaskan lebih dari 40 orang pada akhir pekan lalu.
"Di sini seperti zona perang, mereka menembak di mana-mana. Sebagian besar orang terlalu takut untuk keluar rumah," kata seorang warga kepada Reuters.
Hlaing Tharyar merupakan kota di pinggiran Yangon yang menjadi rumah bagi migran dan pekerja.
(dea)