Militer AS Sebut Ancaman Invasi China ke Taiwan Paling Bahaya
Militer Amerika Serikat menyatakan bahwa ancaman China untuk menyerang Taiwan serius dan lebih nyata daripada yang dipahami kebanyakan orang.
Calon Komandan Armada Militer AS untuk Indo-Pasifik (USPACOM), Laksamana John Aquilino, mengatakan bahwa China menilai pemulihan kendali atas Taiwan sebagai "prioritas nomor satu."
"Sebab, penguatan Partai Komunis China dipertaruhkan dengan masalah Taiwan," kata Aquilino kepada Komite Angkatan Bersenjata Senat pada Selasa (23/3).
Aquilino mengatakan dirinya tidak setuju dengan pernyataan mantan Komandan USPACOM yang baru pensiun, Philip Davidson, bahwa China bisa mengambil alih Taiwan dalam waktu enam tahun ke depan.
"Pendapat saya adalah masalah ini lebih dekat dengan kami daripada yang dipikirkan kebanyakan orang dan kita harus menangani ini," ucap Aquilino seperti dikutip AFP.
Aquilino memaparkan ancaman China terhadap Taiwan itu bervariasi. AS, katanya, benar-benar harus meningkatkan anggaran pertahanan seperti yang diusulkan, yakni US$27 miliar, demi memperkuat pertahanan di kawasan itu "dalam waktu dekat dan kondisi darurat."
"Partai Komunis China telah menghasilkan beberapa kemampuan di wilayah yang dirancang untuk menghalangi kami. Kekhawatiran paling berbahaya adalah kekuatan militer melawan Taiwan," ucap Aquilino.
Meski begitu, Aquilino menolak mengomentari dugaan yang diutarakan Senator Republik, Tom Cotton, bahwa China dapat menyerang Taiwan pada awal 2022.
Cotton mengutarakan dugaan itu setelah mengambil contoh dari insiden Rusia. Ia berkata, Rusia mencaplok Crimea pada 2014 hanya beberapa hari setelah Moskow dinobatkan menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin.
Sementara itu, Cotton menyoroti bahwa China juga akan menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin pada Februari 2022.
Selama ini, China menganggap Taiwan sebagai wilayah pembangkang lantaran berkeras ingin memerdekakan diri sebagai negara berdaulat.
Relasi China dan Taiwan juga terus memburuk setelah Taipei dipimpin oleh Presiden Tsai Ing-wen. Ia merupakan Presiden Taiwan yang pro-demokrasi.
Sejak memimpin pada 2016, Tsai terus berupaya mencari pengakuan internasional bagi Taiwan, termasuk mendekatkan diri dengan AS.
Namun, Presiden China, Xi Jinping, berkeras tidak akan membiarkan Taiwan merdeka. Ia bahkan bersumpah akan melakukan segala cara, termasuk perang militer untuk mempertahankan Taiwan.
AS mengalihkan pengakuan diplomatik dari Taiwan ke China pada 1979. Meski begitu, AS tetap menjadi sekutu tidak resmi dan pendukung militer terpenting bagi Taiwan di bawah perjanjian Taiwan Relations Act.
(rds/has)