Prancis Didesak Terapkan Lockdown Usai Kasus Covid-19 Naik

CNN Indonesia
Minggu, 28 Mar 2021 11:55 WIB
Presiden Prancis Emmanuel Macron didesak untuk memberlakukan lockdown atau penguncian wilayah setelah jumlah pasien Covid-19 meningkat.
Presiden Prancis Emmanuel Macron didesak untuk memberlakukan lockdown setelah jumlah pasien Covid-19 meningkat. (AFP/Christopher Archambault)
Jakarta, CNN Indonesia --

Presiden Prancis Emmanuel Macron didesak untuk memberlakukan lockdown atau penguncian wilayah setelah jumlah pasien Covid-19 di unit perawatan intensif di beberapa rumah sakit meningkat pada Sabtu (27/3) waktu setempat. 

Prancis sejauh ini memiliki 4.791 pasien ICU yang dirawat akibat terpapar Covid-19. Sebelumnya, pada Jumat (26/3) waktu setempat, jumlah pasien yang masuk ruang ICU berjumlah 4.766 menurut data Kementerian Kesehatan Prancis.

Menurut laporan Reuters, dokter dari Satgas Covid-19 Prancis mengatakan bahwa unit perawatan intensif yang paling parah terkena dampak bisa menjadi kewalahan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Komitmen pemerintah untuk menjaga sekolah tetap terbuka dipertanyakan karena meningkatnya jumlah kasus di antara siswa dan penentangan dari guru yang mengancam untuk keluar.

Oleh karena itu, pemerintah Spanyol akan mewajibkan orang dari Prancis yang masuk ke negaranya untuk menunjukkan hasil tes PCR.

Namun, sebelumnya Macron mengeluarkan pernyataan bahwa tidak ada lockdown tetapi ia mengatakan pembatasan lebih lanjut mungkin akan diperlukan.

Tiga wilayah tambahan, termasuk departemen Rhone di sekitar Lyon, pada hari Sabtu bergabung dengan wilayah lain termasuk Paris untuk menutup toko dan membatasi perjalanan. 

Pemerintah juga sedang berusaha untuk mempercepat kampanye vaksinasi yang tersendat-sendat. Prancis mengharapkan untuk menerima 3 juta dosis vaksin minggu ini.

Lockdown di Eropa Bikin Harga Minyak Terjun Bebas

Harga minyak mentah terjun bebas mencapai 4 persen per barel pada perdagangan Kamis (25/3), setelah melonjak sekitar 6 persen pada perdagangan sebelumnya. Harga minyak anjlok dipicu oleh penguncian wilayah di beberapa negara di Eropa akibat kenaikan kasus virus corona.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei merosot US$2,46 atau 3,8 persen menjadi US$61,9 per barel.

Sedangkan, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS melemah US$2,62 atau 4,3 persen menjadi US$58,56 per barel.

Sejumlah negara di Eropa kembali melakukan lockdown untuk menahan penyebaran virus corona, mulai dari Jerman, Prancis, dan Italia. Kondisi tersebut menimbulkan kekhawatiran di pasar terhadap penurunan permintaan minyak di wilayah terkait.

Selain Eropa, sebagian wilayah India bagian barat juga memerintahkan orang-orang menetap di rumah karena penularan pandemi Covid-19 mencapai level tertinggi dalam lima bulan terakhir.

Sedangkan di AS, para ahli kesehatan khawatir liburan musim semi akan memacu peningkatan kasus Covid-19, meskipun distribusi vaksin di AS lebih cepat daripada beberapa negara.

(din/agn)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER